Tim Catalysts ITB Juara 1 Business Case Competition APECX UGM 2024

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh

Dari kiri: Tiga mahasiswa Teknik Metalurgi ITB, Hykel Mugito, Kezya Sagita Indah Sari, dan Patricia Wizar, menjadi juara pertama Business Case Competition APECX UGM 2024.

BANDUNG, itb.ac.id – Tim Catalysts dari mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) menjadi juara pertama kategori Business Case Competition pada Annual Petroleum Competition and Exhibition (APECX) yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknik UGM, Sabtu (9/3/2024).

Kompetisi ini dihadiri lima finalis yang berasal dari ITB, Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Tim Catalysts terdiri atas tiga mahasiswa Teknik Metalurgi angkatan 2021, Kezya Sagita Indah Sari, Patricia Wizar, dan Hykel Mugito. Meski tidak memiliki latar belakang di bidang perminyakan, mereka berhasil menjadi juara pertama dalam kompetisi tersebut.

Dalam langkah menuju keberlanjutan industri perminyakan dan migas, tim ini mengajukan proposal berjudul "Maximizing Oil and Gas Company Profitability and Entering the Petrochemical Industry Successfully". Proposal ini menyoroti tantangan yang dihadapi industri tersebut dalam menghadapi gerakan Net Zero Emission (NZE). Tanpa inovasi yang cepat, perusahaan mungkin tidak akan mampu bertahan di masa mendatang.

Empat strategi ditawarkan untuk mengoptimalkan dekarbonisasi dalam industri migas di Indonesia. Strategi pertama melibatkan pembuatan sistem manajemen emisi yang meliputi proses dari hulu hingga hilir. Strategi ini memerlukan kombinasi antara Detect, Repair, Replace (DRR) System dan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS). Dengan ini, emisi karbon dapat berkurang hingga 23 persen sekaligus membuka peluang untuk menjadi penyedia bahan baku mentah petrokimia di Indonesia.

Strategi kedua menekankan pembangunan pabrik kilang minyak yang terintegrasi dengan pabrik petrokimia untuk mengurangi ketergantungan bahan baku petrokimia impor dan juga mengurangi energi dan biaya transportasi material.

Strategi ketiga mengusulkan konversi emisi menjadi bahan baku petrokimia berharga, dengan mengolah emisi karbon dioksida menjadi produk metanol dan turunannya, dengan tujuan mendaur ulang emisi dan meningkatkan efisiensi dari integrasi pabrik kilang minyak dan petrokimia.

Strategi keempat menyoroti pentingnya diversifikasi sumber pendapatan perusahaan melalui investasi dalam sektor energi terbarukan, kendaraan berbasis listrik, teknologi kendaraan, dan petrokimia, untuk menjaga stabilitas laba perusahaan.

“Bisa kita lihat sekarang Pertamina tidak hanya menjual BBM (Bahan Bakar Minyak) saja, tapi ada juga Pertamina New and Renewable Energy, Pertamina Patra Niaga, dan lain-lain. Pokoknya unit bisnis banyak kan. Nah itu namanya diversifikasi,” ujar Kezya Sagita Indah Sari.

Reporter: Indra Putra Lohanata (Aktuaria, 2021)


scan for download