Tim ITB Juara KOFEIN 2025: Bukti Kepiawaian dalam Kefarmasian Kanker

Oleh Indra Putra Lohanata - Mahasiswa Aktuaria, 2021

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

Gilbert, Rani, dan Allicia meraih juara pertama CPSE KOFEIN 2025, Minggu (26/1/2025). (Dok. Pribadi)
BANDUNG, itb.ac.id - Tiga mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) menorehkan prestasi gemilang dalam Kompetisi Farmasi Seluruh Indonesia (KOFEIN) 2025 yang digelar di Universitas Airlangga (Unair) oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Farmasi Unair. Tim yang terdiri atas Putri Maharani Husna, Ignatius Gilbert Syah, dan Allicia Rosana, dari program studi Farmasi Klinik dan Komunitas (FKK) ITB angkatan 2021, meraih juara pertama kategori Clinical Pharmaceutical Skill Event (CPSE), Minggu (26/1/2025).

CPSE KOFEIN kali ini mengangkat tema "Oncological Human Body Disease", yang berfokus pada penyakit kanker, termasuk patofisiologi, pengobatan, dan manajemen terapi dari perspektif kefarmasian. Kompetisi terdiri atas tiga tahap, yakni penyisihan, semifinal, dan final. Pada babak penyisihan, tim menjawab 65 pertanyaan pilihan ganda terkait kemoterapi dan persyaratan ruang dispensing. Dari sini, 15 tim terbaik lolos ke semifinal. Di fase ini, mereka diuji kemampuan menghitung protokol kemoterapi, memilah dokumen pasien, dan melakukan Inter Professional Education (IPE) dengan dokter. Hanya 5 tim yang melaju ke final, dengan konsep berubah menjadi cerdas cermat.

Tim ITB menerapkan strategi komunikasi yang santun dan tidak menggurui saat menjalani IPE dengan dokter. Meskipun hanya mendapat materi IPE dalam satu pertemuan di kuliah, mereka mampu memahami etika dan poin penting yang harus disampaikan. Dalam sesi cerdas cermat, tim fokus pada kecepatan dan ketepatan menjawab pertanyaan agar tidak kehilangan poin, dengan pembagian peran yang jelas untuk memencet bel, mencatat soal, dan memberikan jawaban.

Tim ITB mengikuti babak final (cerdas cermat) CPSE KOFEIN 2025 di Unair, Minggu (26/1/2025).
Persiapan kompetisi dilakukan dengan memanfaatkan materi kuliah, pedoman nasional tata laksana kanker, serta pengalaman magang di rumah sakit. Pembagian tugas dalam tim disesuaikan dengan spesialisasi anggota. Rani mendalami kanker paru-paru dan bertanggung jawab dalam komunikasi, Gilbert mempelajari leukemia serta persyaratan ruangan dispensing, sementara Allicia fokus pada kanker ginekologi dan perhitungan protokol kemoterapi. Dengan strategi ini, tim berhasil mengoptimalkan persiapan dan tampil maksimal dalam kompetisi.

Kompetisi ini memberikan wawasan baru tentang praktik kefarmasian di bidang onkologi, mulai dari pemahaman mengenai regimen terapi hingga teknik komunikasi terkait penyakit kanker. “Di kompetisi ini juga diuji pemahaman terkait spesifikasi dalam pelayanan obat kanker yang kebanyakan merupakan senyawa sitotoksik, hal ini membantu kami untuk lebih memahami kebutuhan alat hingga ruangan untuk meracik yang memang harus dikuasai oleh farmasis,” ujar Allicia.

Tim ITB juga membagikan momen lucu selama kompetisi. “Saat babak final, tim kami beberapa kali sempat ‘bertengkar kecil’ karena jawaban pilihan ganda tidak terlihat jelas karena tegang,” ujar Rani. Momen tersebut justru menciptakan kekocakan dan membuat tim semakin kompak. Selain itu, ini adalah perjalanan kedua mereka bersama setelah sebelumnya mewakili Sekolah Farmasi (SF) ITB di Olimpiade Farmasi Nasional XI, menjadikan kompetisi ini perjalanan kedua mereka bersama ke kota dan perguruan tinggi berbeda di luar Bandung.

Reporter: Indra Putra Lohanata (Aktuaria, 2021)

#prestasi mahasiswa #prestasi nasional #sekolah farmasi itb #kanker