Tim KKTM IPA ITB Berjaya Dalam Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa

Oleh alitdewanto

Editor alitdewanto

BANDUNG, itb.ac.id - Institut Teknologi Bandung meloloskan satu wakilnya dalam Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa Tingkat Wilayah B yang diikuti berbagai Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta dari Jawa barat, Jawa Tengah, DIY, dan Kalimantan pada tanggal 29 Mei di ITT Telkom Bandung. Tim KKTM IPA ITB yang digawangi oleh Agus Heri Hoerudin (Teknik Kimia 2005) dan Muhammad Thamrin Humaedi (Teknik Perminyakan 2006) ini berhasil menyisihkan UNNES di peringkat kedua dan tuan rumah ITT TELKOM di posisi tiga. Keberhasilan tersebut merupakan keberhasilan pertama ITB dalam ajang serupa. Sebelumnya tim ITB selalu kandas dalam seleksi wilayah. Sayangnya keberhasilan tersebut tidak diikuti oleh Tim KKTM Pendidikan dan IPS. Tim KKTM Pendidikan hanya mampu bertengger di peringkat empat, sedangkan Tim KKTM IPS hanya mampu berada pada urutan ke-13. Karya tulis yang ditelurkan berjudul ‘Pemanfaatan Uap Geotermal Secara Langsung dari Sumur Nonproduktif Sebagai Solusi Industri Akar Wangi di Kabupaten Garut’. Latar belakang penulisan karya tulis ini ialah proyek Asgar (Asli Garut) Muda mengenai pemanfaatan uap panasbumi sebagai pengganti BBM dalam pengembangan industri akarwangi di kabupaten Garut. Secara teknis, uap dari geothermal digunakan sebagai pengikat akarwangi. Selama ini masyarakat Garut memakai air yang didihkan dengan bahan bakar minyak sebagai pengikat akarwanginya. Sumur geotermal yang digunakan ialah sumur nonproduktif artinya sumur yang produksinya kurang menunjang dalam pemanfaatan PLTP. Geotermal yang digunakan merupakan hasil dari rangkaian pegunungna Guntur, dekat Kamojang. Dalam penulisannya. karya tulis ini dibimbing oleh Dr. Tatang Hernas Soerawidjaja, dosen Teknik Kimia. Data pengamatan dikumpulkan sejak tahun 2007 sehingga penuliannya cukup mantap. Dalam presentasi, dijabarkan bahwa dari aspek ekonomi penggunaan geothermal menghasilkan penghasilan kotor sebesar 5 juta rupiah per sulingan dibandingkan dengan penggunaan BBM yang hanya sebesar 900ribu rupiah per sulingan. Keduanya yang merupakan teman sekamar di Asrama Etos Bandung ini mengaku mengemban tugas yang berat selama pelaksaan presentasi. Selain hanya ditemani oleh dosen pembibing sebentar, mereka juga mendapatkan kesan bahwa para peserta memandang ITB sebagai lawan yang sangat kompeten di bidang IPA. “Kami ingin membawa nama ITB lebih bagus, sehingga memang ada beban moral. Kelihatan sekali saat nama ITB dipanggil para peserta langsung mendengar dengan penuh minat.” ujar Agus yang proposalnya pernah didanai pada Lomba Inovasi Sains, Teknoogi, dan Seni tahun 2007. Menurut mereka, winning faktor antara ain kesesuain dengan tema, keaktualan, dan performance presentasi. Saat ini mereka tengah siap mempersiapkan berlaga di PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) di Universitas Sultan Agung Semarang pada bulan Juli. “Kami tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Mbak Neni Saptadji, dosen Teknik Perinyakan yang telah membantu menjelaskan konsep geotermal, Pak Wawan Djatnika yang telah menelaah tata tulis kami, dan juga Pak Nanang T. Puspito yang telah membenahi teknik presentasi kami.” ujar Thamrin.