Pameran Electroquest: Suguhkan Inovasi Alat-Alat dan Perangkat Elektroteknik
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Himpunan Mahasiswa Elektroteknik Institut Teknologi Bandung selenggarakan pameran Electroquest pada Sabtu (29/07/2023). Ide pameran ini berasal dari proyek tugas akhir pada program studi Teknik Elektro, yakni EEDays.
Pameran tersebut dirancang dan diikuti oleh seluruh peserta Masa Bina Cinta, salah satu kegiatan orientasi mahasiswa di jurusan Himpunan Mahasiswa Elektroteknik. Pada pameran tersebut, peserta diharuskan membuat proyek elektroteknik untuk memecahkan isu yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
“Melalui pameran ini, diharapkan dapat memantik kreativitas dan mengembangkan skill peserta Masa Bina Cinta,” terang panitia Ospek Jurusan HME, Daffa Muhammad (EL ’21).
Daffa menyebutkan jika Electroquest adalah replika mini dari EEDays. “Tema yang diangkat tahun ini menyesuaikan dengan nama angkatan massa elektroteknik 2022, yaitu Avalon. Maknanya berarti Pulau Legendaris dan Penuh Keajaiban,” paparnya.
Pameran yang dilangsungkan di Basement CC Timur ITB tersebut dihadiri hingga 600 pengunjung. Pengunjung yang datang dapat menyambangi 26 booth yang disediakan. Akmal Hafizh (EL 22) selaku penanggung jawab kegiatan menuturkan jika para pengunjung bisa ikut memberikan voting bagi inovasi alat elektroteknik yang dibuat.
“Di setiap booth akan dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan yang diusung, solusi yang ditawarkan dalam bentuk produk yang dirancang, dan hal teknis seperti cara kerjanya. Pengunjung yang dapat menjawab pertanyaan dari pembawa acara juga akan diberi reward,” ungkapnya.
Alat-alat elektroteknik yang dihadirkan berusaha membantu menyelesaikan berbagai permasalahan, seperti lingkungan, kesehatan, energi, hingga bencana. Tiga karya terbaik menurut para pengunjung adalah alat pendeteksi warna tunanetra, city air quality monitoring system yang dapat diakses melalui website, dan EcoSplash atau alat penyiram tanaman otomatis yang dibekali sensor humidity dan passive infrared sensor.
Alat pendeteksi warna yang dibuat berbasis mikrokontroler Arduino Uno R3. Alat tersebut menggunakan sensor warna dan meneruskan sinyal ke dfplayer untuk memberikan output suara. Suara tersebut menunjukkan warna yang terbaca oleh sensor cahaya.
“Kami ingin membantu para penyandang disabilitas tunanetra maupun penderita buta warna agar bisa mengenali dan membedakan warna dengan teknologi,” tutur Khanza.
Mahasiswa Teknik Biomedis 2022 tersebut mengaku jika lebih banyak belajar tentang dunia elektroteknik dan pengaplikasiannya lewat pameran ini. “Harapannya nanti bisa mengasah kemampuan lebih baik lagi agar melahirkan proyek yang lebih mumpuni,” bebernya.
Sementara pembuatan EcoSplash berangkat dari permasalahan pengairan pertanian di Indonesia yang sangat bergantung dengan musim. “Ketika musim kemarau, hasil panen mudah layu sehingga merugikan petani. Alat ini terhubung dengan mesin penyiram tanaman dan akan menyemprotkan air secara otomatis saat kelembaban tanah kurang memadai,” ujar Gemuruh Bagus (EL 22).
Terakhir, city air quality monitoring system yang dirancang bernama CAQUMOS. Alat ini dapat diletakkan di kota sehingga bisa memantau kualitas udara di wilayah tersebut.
“CAQUMOS mengandalkan beberapa sensor untuk mengukur kualitas udara, yakni DHT11 untuk mengukur suhu dan kelembaban, MQ135 untuk mendapatkan komposisi udara, dan GP2Y1010AU0F untuk mengukur intensitas debu di udara. Microcontroller yang dipakai untuk mengumpulkan data tersebut adalah ESP32 karena memiliki kemampuan IoT (WiFi dan Bluetooth). Setelah data sudah didapatkan di server, masyarakat dapat mengakses data tersebut melalui sebuah website,” papar Aldeo Malta (EL ’22).
Aldeo mengatakan banyak pelajaran yang dipetik dari kegiatan pameran yang diadakan bersama angkatannya ini. “Aku dan teman-teman belajar mengurus penyelenggaraan pameran, mengenal sensor-sensor baru dan mengotak-atik dalam perancangan produknya. Electroquest at Avalon menjadi ajang aktualisasi karya.
Dia berujar, “Ada perasaan bangga ketika kami bisa mempresentasikan produk kami ke pengunjung. Berbagai insight didapatkan ketika menyambangi booth kelompok lainnya yang memamerkan ide-ide segar dan karya inovatif. Manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh para pengunjung, tapi juga kami sebagai panitia penyelenggara pameran,” tutupnya.
Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)