Tim Magister Rancang Kota ITB Raih Bronze Medal dengan Konsep Konsolidasi Tanah di Dukuh Atas
Oleh Indira Akmalia Hendri - Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id - Tujuh mahasiswa Magister Rancang Kota Institut Teknologi Bandung (ITB), Adelline Fibriana (25623003), R.Ng. Bintang Permana Aji (25623007), Nur Zastri Noviana (25623014), Arifatul Hasanah (25623015), Elis Anggun Geminastiti (25623019), Muhammad Faiz Naufal (25623020), dan Ayubella Anggraini Leksono (25623028), meraih Bronze Medal di kategori Social Science Product dalam ajang Indonesia Innovator Day 2024.
Kompetisi internasional yang diadakan oleh INNOPA (Indonesian Invention and Innovation Promotion Association) ini berlangsung di Denpasar, Bali, pada 28-31 Agustus 2024. Acara tersebut diikuti lebih dari 500 proyek dari 35 negara, termasuk Malaysia, Thailand, Arab Saudi, Filipina, dan Rusia.
Proses kompetisi ini mencakup tahapan administrasi, termasuk pengumpulan abstrak, proposal riset, serta dokumentasi pendukung seperti poster, video, foto produk, dan deskripsi teknis. Tim ITB mengusulkan riset berjudul “Elevating Dukuh Atas: Enhancing Social and Environmental Sustainability through Vertical Land Consolidation.”
Penelitian ini bertujuan untuk menghadapi isu penggusuran di kawasan perkotaan dengan nilai investasi tinggi seperti Jakarta. Berangkat dari ambisi Jakarta untuk mempertahankan peran ekonominya dan berkembang sebagai Kota Global, penelitian ini menyoroti kawasan Dukuh Atas sebagai Transit Oriented Development (TOD) yang, meski meningkatkan konektivitas, berdampak pada gentrifikasi dan meminggirkan masyarakat lokal.
Menurut Ayubella Anggraini Leksono, riset ini terinspirasi dari keinginan untuk mengatasi isu sosial besar, yakni penggusuran di wilayah perkotaan dengan investasi tinggi.
“Isu penggusuran merupakan masalah yang kompleks dan sering kontroversial, dengan dampak sosial, ekonomi, dan budaya yang signifikan. Meskipun penggusuran dapat mendorong perkembangan ekonomi, sering kali merugikan komunitas adat, menyebabkan hilangnya tempat tinggal dan identitas budaya. Proses yang adil dan transparan, termasuk konsultasi dan kompensasi yang tepat, sangat penting untuk mengurangi dampak negatif ini serta menghormati hak-hak individu yang terdampak,” ujar Ayubella.
Dukuh Atas, sebagai kawasan Transit Oriented Development (TOD) dan pusat berbagai moda transportasi, kini berubah menjadi area elit. Namun, transformasi ini memicu gentrifikasi, yang menyebabkan masyarakat lokal terpinggirkan dan kawasan berubah menjadi area kumuh.
“Penelitian ini menawarkan pendekatan revitalisasi Dukuh Atas dengan konsep U-Develop, yang mencakup Konsolidasi Tanah (KT) untuk mengatur ulang kepemilikan dan penggunaan lahan sesuai rencana tata ruang, tanpa penggusuran,” lanjut Adelline Fibriana.
Pendekatan U-Develop yang didalamnya terdapat Konsolidasi Tanah (KT) untuk menata kembali kepemilikan, penggunaan, dan pengelolaan lahan sesuai dengan rencana tata ruang, serta upaya penyediaan lahan untuk kepentingan umum. Setelah Konsolidasi Tanah, lahan dikembalikan kepada pemilik, dengan sebagian dialokasikan untuk pembangunan, termasuk Infrastruktur, Fasilitas, Utilitas (PSU), dan Tanah Usaha Bersama (TBU). TBU dapat dijual untuk menutupi biaya pembangunan, dikelola bersama oleh pemilik lahan, atau bekerja sama dengan pihak lain.
Dengan tagline “Membangun tanpa Menggusur”. Desain kami mencakup kawasan komersial untuk mendukung mata pencaharian, dan perhitungan kelayakan akan memberikan wawasan berharga bagi investor, penduduk, dan pemerintah.
Maket revitalisasi kawasan TOD Dukuh Atas (Dok.Istimewa)
Penelitian ini mengadopsi sistem ekonomi adil yang menghindari penggusuran, memastikan kesejahteraan pemilik rumah sebelumnya dengan memungkinkan mereka meningkatkan standar hidup melalui pembangunan kembali perumahan, dan secara berkelanjutan meningkatkan kualitas ekonomi melalui pembagian keuntungan.
Ke depannya, tim berharap proyek ini bisa mendapatkan pendanaan agar bisa direalisasikan sebagai solusi praktis untuk tantangan kota-kota besar di Indonesia. Mereka juga optimis bahwa konsep ini dapat menjadi acuan penting bagi kebijakan pembangunan perkotaan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Reporter: Indira Akmalia Hendri (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021)