Tim Mahasiswa ITB Raih Medali Emas ASEAN Geospatial Challenge 2024, Angkat Isu Konservasi Gajah

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh

BANDUNG, itb.ac.id – Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) menjadi juara 1 kompetisi ASEAN Geospatial Challenge National Level 2024. Dengan capaian tersebut, mereka mendapatkan medali emas dan mewakili Indonesia untuk berkompetisi di tingkat ASEAN.

ASEAN Geospatial Challenge 2024 merupakan kompetisi pembuatan karya dengan memanfaatkan teknologi informasi geospasial untuk mendukung negara-negara dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Acara yang diselenggarakan Singapore Land Authority (SLA) ini menargetkan mahasiswa dari institut pendidikan tinggi (IHLs) di wilayah ASEAN untuk berpartisipasi menuangkan idenya.

Adapun tim dari ITB yang bernama GajahITB terdiri atas Muhammad Abdurrachman Rizqi (Teknik Geodesi dan Geomatika, 2020), Resy Meilani (Teknik Geodesi dan Geomatikan, 2020), dan Afif Yulma Putra (Teknik Geologi, 2020). Nama tim terinspirasi dari lambang ITB, yaitu Ganesha. Sementara itu, judul karya yang dibuat oleh tim adalah Jaga Gajah.

Tim GajahITB mengangkat topik mengenai konservasi gajah Asia dengan wilayah penelitian di Sumatera dan Kalimantan. Latar belakang penelitian ini karena adanya deforestasi hutan menjadi kawasan kelapa sawit. Habitat gajah di sana menjadi berkurang dan konflik area perkebunan kelapa sawit dan perumahan yang bisa saja dirusak gajah yang tidak memiliki habitat.

Tim yang diketuai oleh Rizqi ini membuat karya dengan memetakan area konservasi gajah pada daerah yang mengalami deforestasi. Karya Jaga Gajah ini memanfaatkan data Remote Sensing, Geospatial Information System (GIS), dan Machine Learning. Pada saat presentasi di depan Badan Informasi Geospasial (BIG) di tingkat Nasional, Jaga Gajah mendapatkan respons positif. Penambahan parameter kebakaran hutan menjadi masukan untuk tim GajahITB agar mendapatkan hasil yang lebih akurat. Hasil dari karya Jaga Gajah ini berupa pemetaan area hutan di Kalimantan dan Sumatera yang masih menjadi habitat gajah dan sebaran perkebunan kelapa sawit.

Pengerjaan karya Jaga Gajah dimulai dari seleksi berkas pada Oktober 2023 hingga persiapan presentasi final ke ASEAN pada bulan Maret 2024. Dalam pengerjaannya, anggota dalam tim memiliki perannya masing-masing. Rizqi sebagai ketua dan pemilik ide, Resy sebagai penulis dan bertanggung jawab pada penambahan parameter kebakaran hutan, dan Afif sebagai desainer dan pembuatan visualisasi dari Jaga Gajah. 

Rizqi mengaku bahwa karya tersebut merupakan tugas yang dia buat dari salah satu mata kuliah pilihan Teknik Geodesi dan Geomatika yaitu Rancangan Sistem Informasi Geografis (RSIG).

Pengerjaan karya Jaga Gajah merupakan tantangan bagi mereka. Beberapa kali pertemuan tim tertunda karena adanya UAS dan liburan semester. Selain itu, machine learning merupakan hal baru untuk mereka pelajari, menemukan banyak eror dari pengolahannya, dan pengambilan data sekunder yang kurang lengkap. Namun, tantangan-tantangan tersebut tidak menjadi hambatan mereka untuk menyelesaikannya hingga selesai.

ASEAN Geospatial Challenge diadakan selama dua hari. Acara tersebut berisi ekspo mengenai teknologi geospasial dari pengenalan alat baru dan pengolahan data geospasial, talkshow mengenai GIS di bidang lingkungan, dan ditutup dengan penyerahan hadiah untuk pemenang ASEAN Geospatial Challenge.

Resy mengaku tidak menyangka dapat mencapai tahap tersebut. Baginya, hal ini menambah pengetahuan baru secara advanced karena terdapat permasalahan di Indonesia yang dapat dia bantu selesaikan. Sementara itu, Rizqi berterima kasih kepada Badan Informasi Geospasial (BIG) yang terus mendukung dan memfasilitasi penuh hingga ke ASEAN. 

Mereka berharap karya Jaga Gajah dapat dilanjutkan oleh lembaga terkait seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk dimanfaatkan sebagai pengambilan keputusan dari suatu kebijakan. Mereka berpesan bahwa isu konservasi gajah merupakan isu penting yang harus diawasi agar dapat menjaga dan melestarikan habitat gajah di Indonesia.

Reporter: Wiwin Indira Rakhmanisa (Teknik Geodesi dan Geomatika, 2020)