Tim Mahasiswa ITB Wakili Indonesia dalam Kompetisi Internasional CASEiT 2019 di Kanada

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

*Foto: Dok. Pribadi

BANDUNG, itb.ac.id – Empat orang mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) mewakili Indonesia untuk ajang “CASEiT 2019” yang diselenggarakan oleh Beedie School of Business, Simon Fraser University, di Vancouver, Kanada, 17 – 22 Februari 2019. Mereka dari total 16 peserta sekaligus menjadi salah satu tim dari tiga delegasi asal Asia dalam ajang tersebut.


CASEiT 2019 merupakan kompetisi bisnis dan teknologi tingkat internasional yang ditujukan untuk mahasiswa program sarjana dengan kombinasi pengetahuan manajemen sistem informasi dan manajemen bisnis. Tahun ini CASEiT mengusung tema “Speed of Technology”, dengan misi menyediakan panggung global bagi para kompetitor yang memiliki pemikiran kritis bisnis dan teknologi untuk merangkai kembali inovasi bisnis dan teknologi dalam menyelesaikan kasus bisnis terkini.

CaseIT 2019 didesain dalam bentuk 6 hari kompetisi dengan 1 shortcase dan 1 longcase yang menantang keketatannya. Undangan untuk mengikuti kompetisi diterima ITB secara langsung dari pihak penyelenggara dengan sifat undangan kompetisi tertutup hanya untuk universitas terkemuka dari seluruh Amerika Utara, Asia Pasifik, Eropa, dan Australia. Tentunya undangan tersebut dilatarbelakangi oleh track record yang baik dalam ajang Business-IT Case Internasional. 

Tim ITB diwakili oleh 3 mahasiswa dari program studi Sistem dan Teknologi Informasi (STI) STEI-ITB (Sekolah Teknik Elektro dan Informatika) yaitu Muhammad Fata Nurrahman, Rifda Annelies Az Zahra, Alessandro Aria Wibowo dan 1 mahasiswa dari program studi Manajemen Bisnis SBM-ITB (Sekolah Bisnis dan Manajemen) yaitu Khairul Arifin.

Sebelumnya, mereka harus mengikuti seleksi internal yang diadakan oleh program studi STI untuk mewakili ITB dalam ajang berskala internasional ini. Keempatnya mengaku telah melakukan banyak persiapan mulai dari latihan presentasi rekan-rekannya sesama mahasiswa, presentasi di depan dosen STEI, SBM dan pelatih dari Go-Jek, hingga penggalangan dana sponsorship.

Bagi mereka, CASEiT 2019 merupakan pengalaman berharga dalam mengikuti ajang kompetisi bisnis IT di tingkat dunia. “Jujur saya memang sedikit gugup karena ini pertama kalinya, sekaligus juga menjadi tekanan karena membawa nama ITB dan Indonesia. Tapi tak lupa saya merasa sangat bersyukur karena mendapatkan kesempatan berharga berlaga dengan universitas terbaik dari berbagai penjuru dunia,” ujar Fata.

Sedangkan bagi Rifda, menjadi delegasi tunggal dari ITB sekaligus Indonesia merupakan kebanggaan yang tak ternilai. “Sebetulnya tujuan utama kami mengikuti lomba ini adalah sekaligus untuk mengukur kemampuan kita masing – masing dalam mengaplikasikan ilmu perkuliahan sekaligus mengecek bagaimana kemampuan kita dibandingkan dengan mahasiswa luar negeri,” tambahnya.

Kompetisi CASEiT 2019 sekaligus tantangan bagi setiap anggota tim ITB terutama dalam bidangnya masing-masing. “Saya harus mempelajari lebih banyak tentang IT dan bagian tersulit adalah mengerti istilah – istilah yang asing bagi saya. Kompetisi ini tak hanya memberikan saya banyak pengalaman, namun juga sekaligus memberikan saya pandangan baru tentang bagaimana melakukan persilangan antara bisnis dan teknologi secara efektfif,” ungkap Arifin.

Walau tim dari Asia belum ada yang mendapatkan peringkat terbaik di ajang ini, namun mereka mengaku bersyukur pernah menjadi bagian dari tim yang mewakili Indonesia di ajang kompetisi internasional yang bergengsi tersebut. Selain dukungan dari internal ITB, kompetisi yang memerlukan biaya tidak sedikit ini juga mendapat dukungan dari Indosat, Bank BRI, Bank BJB, dan PELNI.

*Berita kiriman Khairul Arifin mahasiswa Manajemen-SBM ITB