Training Sport Event Organizer, Salurkan Minat dan Bakat Melalui Belajar Mengorganisasi Acara

Oleh Christanto

Editor Christanto

BANDUNG, itb.ac.id - Olahraga menjadi sarana untuk menyalurkan minat dan bakat seseorang, serta merupakan sebuah cara untuk mengekspresikan berbagai mental positif yang pada setiap individu. Pada Sabtu (20/03/10), bertempat di Campus Center Barat, Deputi Pengembangan Apresiasi dan Prestasi Kementrian Olahraga dan Kesehatan Keluarga Mahasiswa ITB mengadakan Training Sport Event Organizer, untuk memberikan pelatihan kepada unit kemahasiswaan berlatar olahraga, dalam menyelenggarakan sebuah event olahraga yang baik.

Pelatihan ini dihadiri oleh Ketua Badan Eksekutif Pelaksana Libama (Liga Basket Mahasiswa, red.) Jawa Barat, Faradina Soraya. Dalam pemaparannya, beliau memberikan beberapa kunci dalam mengadakan event olahraga. "Event olahraga dilaksanakan sebagai pembinaan, sebagai sarana penyaluran bakat," ungkapnya memulai.

Dalam mengadakan sebuah event olahraga, membentuk sebuah konsep merupakan hal yang penting. Konsep acara yang dimaksud haruslah bagus dan menarik, tetapi bertanggung jawab.  Konsep ini dikembangkan dengan pengetahuan dan pengalaman, dan hendaknya jangan mempertimbangkan biaya terlebih dahulu. "Konsep acara haruslah mempunyai target yang hendak dicapai," tambah beliau.

Jika sudah memiliki konsep, maka motivasi dan kejujuran harus dikembangkan dan dipertahankan. "Penyelenggara acara harus yakin dengan kemampuan untuk mengadakan acara tersebut," ungkapnya. Selanjutnya, motivasi ini berguna agar kita mempunyai perencanaan ke depan, karena regenerasi perlu pada olahraga.

Event organizer juga harus jujur pada acara sendiri: jujur pada atlet, jujur pada penonton, jujur pada panitia, jujur pada sponsor, dan jujur pada semua pihak. Kejujuran akan sangat diperlukan untuk merangkul semua pihak pada event-event berikutnya.

Tidak Butuh Banyak Panitia

Dalam mengadakan sebuah acara, beliau berpendapat bahwa tidak diperlukan banyak panitia yang membantu. "Bahkan, saya pernah mengadakan suatu acara hanya dengan 2 orang," ungkapnya. Dengan SDM terbatas namun mau bergerak, maka event olahraga akan terlaksana dengan baik.

Menurut beliau, kepanitiaan dengan SDM yang terbatas justru akan mempermudah dalam penyamaan pandangan, sehingga acara lebih mudah terlaksana. "Dengan panitia yang banyak, dikhawatirkan justru akan terjadi kekacauan pandangan," tuturnya.

Biaya Bukan Kendala


Biaya yang selama ini menjadi kendala dalam mengadakan sebuah event olahraga, rupanya bukan merupakan hal utama dalam parameter kesuksesan acara. "Jangan mempertimbangkan biaya dahulu, baru menyusun konsep," ungkap beliau. "Bahkan tanpa sponsor pun, kita mampu membuat sebuah acara tetap sukses," tambahnya.

Dalam menghadapi kendala biaya, event organizer harus cerdas dalam memperoleh pemasukan. Misalnya dengan mengadakan biaya pendaftaran, ticketing, dan biaya penghematan yang bahkan sangat kecil besarnya. Dengan cara-cara seperti itu, biaya yang dibutuhkan bisa sangat diminimalisasi, sehingga biaya tidak lagi menjadi kendala.

Suasana Kekeluargaan

Tidak bisa dipungkiri, dalam menyelenggarakan sebuah acara, koordinasi kepanitiaan memainkan peranan yang cukup besar. Menanggapi hal tersebut, Menteri Olahraga dan Kesehatan Keluarga Mahasiswa ITB, Nanda Reza (Planologi '06), juga berkesempatan memberikan tips-tipsnya. Menurutnya, membentuk kepanitiaan yang bersifat kekeluargaan adalah kuncinya.

Membentuk kekeluargaan akan memberikan hasil yang lebih baik, karena dilandasi kenyamanan dalam kepanitiaan tersebut. Suasana kekeluargaan akan membentuk kepanitiaan yang mempunyai kesamaan pandangan dan mau bekerja.

Selain itu, ketua panitia hendaknya mencari orang yang tepat untuk mengisi suatu posisi kepanitiaan, sesuai dengan potensi yang ada pada orang tersebut. "Kita juga perlu membina hubungan dan jaringan-jaringan dengan himpunan olahraga itu sendiri, misalnya PSSI, dan lainnya," tambahnya. Dengan begitu, pembinaan atlet dapat dilakukan secara lebih intensif, dan mendapatkan ilmu berharga dari himpunan tersebut.