Transformasi Keuangan, ITB Segera Menuju Cashless Society

Oleh Adi Permana

Editor Vera Citra Utami


BANDUNG, itb.ac.id— Saat ini, sistem keuangan di Institut Teknologi Bandung telah ditingkatkan untuk mendukung aktivitas sivitas akademika ITB, khususnya dalam transformasi ITB menuju cashless society. Sistem yang ditingkatkan tersebut juga dibuat terintegrasi.

“Hal ini juga didukung oleh kemajuan digitalisasi sistem keuangan di luar, misalnya bank,” ungkap Wakil Rektor Bidang Keuangan, Perencanaan, dan Pengembangan (WRURK) ITB Ir. Muhamad Abduh, M.T., Ph.D., dalam Temu Awal Semester 1 Tahun Akademik 2021/2022 di Observatorium Bosscha, Kamis (2/9/2021).

Konsep cashless society yang tengah dikembangakan itu meliputi bidang pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, dan operasional kampus. Layanan-layanan yang dapat dinikmati antara lain KTM yang telah terhubung uang elektronik, QR code, kartu kredit korporasi, kartu VAD, dan VAK. Harapannya, melalui transaksi nontunai, seluruh sistem di ITB dapat menjadi lebih cepat, mudah, dan terintegrasi.

Selain menyampaikan soal cashless society, beliau juga memaparkan mengenai kabar terbaru program multikampus. Berlokasi di Arjawinangun dan Watubelah, kampus ITB Cirebon dikembangkan untuk meningkatkan angka partisipasi masyarakat mengenyam pendidikan tinggi di Jawa Barat dan mendukung penelitian di bidang teknologi kelautan.

“Pengembangan di ITB didasarkan atas Rencana Induk Pengembangan ITB 2020-2025,” ujar Ir. Abduh, ITB berencana untuk mengembangkan sistem tata kelola PTN-BH berbasis multikampus yang terintegrasi dan berteknologi mutakhir secara produktif.

Rencana tersebut kemudian dirumuskan menjadi lima strategi yaitu transformasi kelembagaan, transformasi modal manusia, revolusi pendidikan 4.0, sistem inovasi berbudaya ilmiah unggul, serta transfer dan komersialisasi Iptek.

Strategi-strategi yang telah disusun kemudian dieksekusi berdasarkan Value Chain System ITB. “Kita melihat bahwa pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, ditambah dengan inovasi serta kewirausahaan sebagai kegiatan utama yang perlu didukung,” kata Ir. Abduh.

Ia kemudian menambahkan bahwa tata kelola keuangan, pengembangan dan manajemen SDM dan sarana, pengadaan barang dan jasa, serta perencanaan dan pengembangan menjadi kunci penunjang potensi ITB di masa depan.

Setiap komponen di ITB tentunya terintegrasi satu dengan yang lainnya melalui suatu sistem perencanaan terpusat. Siklus tertutup tersebut dibutuhkan sebagai mekanisme pengawasan mulai dari Rencana Strategis (Renstra) hingga evaluasi.

“Terdapat pula sistem-sistem informasi pendukung kegiatan seperti Siskeu, Sispeg, SIPPM, dan sistem akademik SI-X,” sambungnya saat membahas alur data perencanaan dan pengukuran kinerja.

Apabila semua elemen telah terintegrasi dengan baik, secara internal dan eksternal, Ir. Abduh optimistis hal-hal tersebut dapat turut berdampak bagi sistem perencanaan, pengadaan, hingga keuangan.

Reporter: Sekar Dianwidi Bisowarno (Rekayasa Hayati, 2019)