Triharyo Indrawan Soesilo "Pembuktian Diri Seorang Insinyur"
Oleh
Editor
Triharyo Indrawan Soesilo mencoba peruntungannya untuk mencalonkan diri menjadi ketua Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) periode 2007-2011. Pria yang akrab disapa Hengki ini memiliki segudang program untuk lebih menghidupkan IA-ITB. Program apa saja yang dikantongi Direktur Utama PT. Rekayasa Industri untuk mewujudkan impiannya itu? Berikut petikan wawancara wartawan USDI-ITB Dendi Ramdhani (Teknik Fisika, 2004) dan Adis (Teknik Lingkungan, 2004) dengan Triharyo Indrawan Soesilo (Hengki) di Jalan Kanayakan 28.
Kenapa Anda memilih jargon ‘Pembuktian Diri Seorang Insinyur”?
Dilihat dari sudut konsumtif membuktikan, engineer Indonesia termasuk saya, belum bias membuktikan diri. Padahal, kalau engineer mampu menciptakan sebuah karya nyata, maka akan memberikan nilai tambah pada diri engineer tersebut. Nah dengan nilai tambah tersebut, maka akan terjadi pertumbuhan dan lapangan kerja.
Saya tahu sekarang ini orang-orang di DPR, ahli-ahli hukum membuat undang-undang bekerja siang dan malam. Begitu pula denganTNI dan Polri bekerja siang dan malam menjaga keamanan. Seharusnya, situasi yang sudah aman seperti sekarang ini, harus digunakan para engineer untuk bekerja.
Tapi nyatanya, enggak tahu kenapa, timbul dalam diri para engineer perasaan tidak bisa, kehilangan kepercayaan diri, apatisme. Malah, banyak engineer yang menjadi politikus. Bukannya tidak boleh, politik itu juga penting. Tapi kan sekolahnya. Kalau yang ingin menjadi politikus, maka kuliahnya di FISIP, kalau mau jadi ekonom berarti kuliahnya ekonomi.
Menurut Anda, apa yang membuat engineer Indonesia menjadi kehilangan kepercayaan diri?
Salah satu faktornya yakni tidak adanya pihak yang mendorong engineer untuk berkarya. Misalnya, dulu ada orang-orang yang membuat jembatan semanggi ditokohkan oleh masyarakat. Bahkan dicantumkan di buku-buku sekolah. Padahal sekarang ini masih banyak karya-karya yang diciptakan para engineer dan tidak diketahui masyarakat.
Misalnya, masyarakat mungkin tidak tahu kalau Indonesia saat ini sudah memiliki kilang minyak mandiri. Atau, para engineer yang membangun pipadi bawah laut sepanjang 165 kilometer yang menyeberangi Selat Sunda.
Nah, hal-hal itulah yang tidak terekspose di masyarakat. Kalau harus promosi, mungkin saya harus merogoh kocek hingga ratusan juta rupiah. Tapi itu tidak saya lakukan karena lebih baik saya berikan kepada karyawan saya. Itu seharusnya yang melakukan Negara dan bangsa. Jadi tidak ditokohkan dan tidak ada kemandirian, sehingga lama-lama kehilangan kepercayaan diri.
Apakah perlu pemerintah memberikan perhatian khusus pada para engineer?
Saya kira tidak ada profesi di Indonesia yang harus diperhatikan. Yang terpenting bagaimana caranya untuk menumbuhkan semangat untuk berkarya. Saya ketika masuk ruangan bisa membangkitkan semangat satu orang karyawan, merasa sudah tidak sia-sia hidup.
Ketika kuliah dulu, salah seorang pembicara bernama Hartarto yang dulu dikenal sebagai Menteri Perindustrian dan Menko Ekuin pernah mengatakan, ’Country without engineering company is a country without brain’. Bisa dilihat Jerman, Jepang, Amerika memiliki engineering.
Terkait pencalonan Anda dalam pemilihan ketua IA-ITB, apa harapan serta visi dan misi yang Anda emban?
Saya melihat, pertempuran yang sedang dialami Indonesia, yakni pertempuran melawan produk dan jasa impor. Kenapa? Karena itu memiskinkan, membuat kita bodoh, membuat para alumni ITB menjadi tidak sejahtera.
Itulah yang menjadi misi kita. Itu pula yang menjadi perjuangan kita. Harusnya orang-orang yang mendapatkan penghargaan hebat seperti Rizal Ramli itu adalah orang-orang yang mampu melanda bendungan impor.
Kalau kita beli mobil dari luar negeri, barang-barang elektronik dari luar negeri, terus ngapain orang-orang ITB. Coba bayangkan, semua teknologi yang kita pegang selama ini merupakan barang impor. Saya ingin membawa pengaruh ITB sebagai kampus perlawanan terhadap barang-barang impor.
Naiknya Hengki ke pentas pemilihan IA-ITB periode 2007-2011 bukan tanpa alasan. Ia berharap, ketika dirinya terpilih menjadi ketua IA, mampu menjembatani kepentingan industri dan akademik.
Hengki mengatakan, kalangan akademik dibutuhkan dalam bidang riset dan pengembangan industri rekayasa. Sehingga pemerintah sebagai regulator dapat membuat kebijakan yang mengarah kepada peningkatan sumber daya nasional. ”Di sinilah peran ikatan alumni seperti Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung sangat penting dalam menjembatani dua kepentingan tersebut” katanya.
Menurutnya peran ikatan alumni bisa menjadi sarana komunikasi dan jembatan kalangan akademik untuk mempromosikan kemampuannya kepada industri. Hasil riset atau temuan para mahasiswa dan bisa dikomunikasikan ikatan alumni, serta kalangan industri bisa memanfaatkan temuan dunia kampus untuk pengembangan industri.
Salah satu hal yang akan dilakukan Hengki ketika terpilih menjadi ketua IA-ITB yakni dengan membentuk 100 perusahaan dalam waktu empat tahun. ”Perusahaan-perusahaan tersebut akan mengembangkan dan menyalurkan hasil karya dan teknologi alumni ITB, baik yang berasal dari pengembangan laboratorium maupun alumni ITB yang merupakan peneliti-peneliti ”independent” katanya.
Soal pendanaan, katanya bisa dicari. Saat ini banyak dana yang berasal dari perbankan nasional yang dapat digunakan untuk pengembangan teknologi Indonesia. Peluang untuk mendapatkan dana dari luar negeri pun bukan hal yang tidak mungkin.
”Nama ITB sangat dikenal di luar negeri. Kalau berbicara pendidikan teknologi Indonesia, ya pasti korelasinya dengan Institut Teknologi Bandung. Kita harus menggunakan koneksi ke-ITB-an untuk memperoleh dana riset dan pengembangan teknologi dari organisasi internasional,” katanya.
Organisasi ikatan alumni sudah bukan zamannya lagi dijadikansebagai kendaraan politik untuk kelompok atau segelintir pengurusnya. ’Zaman sudah berubah, ikatan alumni harus menjadi jembatan kalangan kampus demi kemajuan bangsa, bukan kepentingan politik’.
Perjalanan Hengki menjadi orang yang sukses memang penuh dengan perjuangan. Bahkan kegagalan dalam mengarungi karir, kerap dihadapinya. Namun sikapnya yang pantang menyerah, membuat dirinya berani untuk mencoba kembali.
Ketika menginjakkan kaki di Departemen Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung (ITB) pertengahan 1977, pria kelahiran Jakarta 11 Juni 1958 ini baru mengetahui apa yang harus dikerjakan dan diperjuangkan dalam hidupnya dua tahun kemudian.
Saat itu, tepatnya Agustus 1979 ketika menggelar acara dies natalis Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (Himatek), ia menjadi panitia acara tersebut, ”Kami berniat menggelar acara ceramah ilmiah,” ungkap putra ketiga mantan Menteri Pariwisata dan Postel Soesilo Soedarman ini.
Awalnya, lanjut Hengki, panitiaan memilih Ir. Agus Sujono (Alumnus Teknik Kimia yang menjabat Dirjen Industri Kimia Dasar Departemen Perindustrian) sebagai pembicara utama, namun karena berhalangan, Agus menugaskan salah seorang Kasubditnya Ir. Hartarto yang dikenal sebagai Menteri Perindustrian dan Menko Ekuin.
”Pembicaraan ini memberi saya inspirasi. Hartarto berkata ’country without an engineering company is a country without brain’. Ia menunjukkan negara-negara di Amerika, Eropa dan Jepang, lalu membandingkan dengan Negara Afrika,” tutur pria yang murah senyum ini seraya menambahkan, pernyataan itu hingga kini masih membekas dalam benaknya.
Bahkan inspirasi itulah yang membuat dirinya semakin mantap untuk bergabung dengan PT Plant Engineering Company (PEC), setelah ia lulus ITB pada tahun 1981. Disinilah, ia memulai karirnya sebagai karyawan perusahaan pembangunan pabrik tersebut.
“Tak berapa lama, saya menyadari ilmu S1 masih dangkal dan jauh memadai, saya memutuskan untuk mengambil gelar S2 di Amerika Serikat. Bidang ilmu yang menarik buat saya adalah ‘process simulation’, sebuah cara mendesain pabrik menggunakan computer,” katanya.
Pada 1981, katanya, personel computer (PC) merupakan benda yang baru ciptakan. Jadi, dirinya berpikir jika ia bias menguasai alat baru tersebut untuk mendesain pabrik, pasti nilainya sangat tinggi demi kemajuan bangsa Indonesia. “Perancangan pabrik akan menjadi jauh lebih murah dan efektif,” katanya.