Prof. Bagus Budiwantoro Bagikan Kisah Perjalanan Riset Keinsinyuran dan Komitmen Belajar Sepanjang Hayat
Oleh Dina Avanza Mardiana - Mahasiswa Mikrobiologi, 2022
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

BANDUNG, itb.ac.id - Institut Teknologi Bandung (ITB) menyelenggarakan Sidang Terbuka Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) untuk Program Pascasarjana dan Profesi Semester II Tahun Akademik 2024/2025 pada Jumat (7/2/2025) di Gedung Sasana Budaya Ganesa (Sabuga).
Ditetapkannya Undang-Undang No. 11 tahun 2014 tentang keinsinyuran dan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2019 mewajibkan seseorang yang telah memiliki gelar insinyur tetap harus menempuh Program Profesi Insinyur (PPI) untuk mendapatkan Sertifikat Kompetensi Keinsinyuran (SKK) dan Registrasi Keinsinyuran (RI) agar dapat diakui secara resmi.
Prof. Dr. Ir. Bagus Budiwantoro, Guru Besar Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD), berusia 68 tahun 11 bulan merupakan salah seorang yang terdampak penetapan UU ini. Pendidikan PPI yang ditempuh oleh Prof. Bagus berbasis rekognisi pengalaman lampau keinsinyuran dan kontribusi yang telah banyak beliau torehkan di industri ini.
“Dalam hidup, tentunya kita harus selalu belajar agar dapat mengembangkan diri supaya dapat berkontribusi lebih dalam penelitian, pendidikan, serta pengabdian masyarakat. Karena sejatinya, akan selalu ada masalah baru dalam kehidupan ini,“ ucap Prof. Bagus. Selama ada kesempatan, maka janganlah ragu untuk terus belajar.
Program Studi Program Profesi Insinyur (PS PPI) ini berupa menulis kembali semua persyaratan keinsinyuran dan profesional yang pernah dilakukan mulai dari 1980-an sampai sekarang, sehingga lebih tercatat. Penulisannya terdapat berbagai versi pengalaman keinsinyuran, mulai dari desain, proses pembuatan, dan pemrogramannya.
Pada tahun 2022, beliau pernah menyampaikan orasi ilmiahnya di depan Forum Guru Besar ITB dengan topik crashwortiness yang merupakan penelitian yang sudah dijalankan sejak 1990-an. Beliau menjelaskan, kereta dulunya belum didesain berdasarkan prinsip crashwortiness sehingga belum dapat melindungi penumpang sepenuhnya saat terjadi tabrakan. Dengan desain kereta yang memperhitungkan prinsip ini, kereta yang mengalami tabrakan akan rusak di bagian depannya saja, sedangkan penumpangnya bisa selamat.
Hal ini memungkinkan karena energi yang timbul dari adanya tabrakan tidak sepenuhnya mengenai penumpang, namun lebih disalurkan ke bagian yang memang didesain dan dirancang untuk menyerap energi. Sudah banyak inovasi yang diberikan dalam desain struktural maupun material yang dipakai untuk merancang kereta seperti ini, mulai dari steel, komposit, dan lain-lain.
Untuk saat ini, Prof. Bagus sedang fokus menjalankan riset strategi nasional yang bertempat di Jawa Barat dan Sumatra. Prof. Bagus berkarier di ITB sejak 1980-an sehingga beliau menyaksikan sendiri perkembangan riset bidang mesin di ITB selama setengah abad kebelakang ini.
“Industri mesin sudah sangat jauh berkembang. Dahulu, jika ingin menyelesaikan masalah, ada banyak sekali asumsi dan pendekatan yang dipakai. Kini, asumsi yang digunakan bisa lebih dipersempit, didukung juga dengan kemajuan teknologi informatika yang besar. Dahulu, untuk menganalisis suatu struktur crashworthiness dari mobil atau kereta bisa mencapai 3-4 hari hingga keluar hasilnya, sedangkan sekarang bisa didapatkan hasil dalam hitungan jam. Asumsi-asumsi yang digunakan kini juga bisa lebih dipersempit karena sudah banyak standar yang dipakai,” ujar Prof. Bagus.
Prof. Bagus berharap industri mesin di Indonesia dapat terus tumbuh dan maju. Menurutnya, jika kita belum mampu memproduksi mobil secara utuh, setidaknya kita harus bisa menguasai pembuatan suku cadangnya. Dengan begitu, kita bisa bersaing hingga tahap komersial.
Beliau mengatakan, tidak perlu menguasai semua bagian mobil, cukup fokus pada komponen-komponen tertentu saja. Tidak ada industri yang benar-benar mandiri dalam semua aspek produksi. Setiap industri biasanya mengandalkan elemen-elemen produksi berbeda dari berbagai negara, dan hal inilah yang membuatnya suatu negara semakin kuat, yaitu fokus pada satu hal tetapi mendalam.
Reporter: Dina Avanza Mardiana (Mikrobiologi, 2022)