‘Tumplek Tubleugh’ Pasar Seni ITB 2006

Oleh

Editor

BANDUNG, itb.ac.id - Kerja keras panitia Pasar Seni ITB 2006 terbayarkan sudah, dibuka dengan oleh Menteri Pariwisata dan Kebudayaan, Jero Wacik, hari ini (10/9) Pasar Seni ITB 2006 berlangsung sukses. Walaupun tidak sebesar Pasar Seni terakhir dari sisi wahana, tahun ini Pasar Seni ITB 2006 yang mengambil tempat di seluruh kampus ITB ini mampu menarik puluh ribuan pengunjung berkat publikasi yang gencar. Sesuai dengan slogannya, ‘Tumplek Tubleugh’, yang dalam Bahasa Sunda berarti ‘penuh sesak’, Pasar Seni ITB 2006 membuat sesak tidak hanya di dalam kampus, tetapi juga jalanan di sekitar kampus ITB sesak dengan kendaraan pengunjung yang antusias menyambangi kampus ternama ini. Adalah Keluarga Mahasiswa Seni Rupa (KMSR) yang manjadi pemilik hajat mahasiswa terbesar tahun 2006 ini. Meskipun sempat terhadang beberapa kendala, namun panitia-KMSR dibantu dengan mahasiswa jurusan lain-berhasil mempersembahkan sebuah acara yang terkonsep dengan matang. Ada tiga panggung utama dan wahana-wahana dari masing-masing program studi di Fakultas Seni Rupa dan Desain yang tersebar di beberapa titik di dalam kampus ITB. Panggung utama di Jalan Ganesha menjadi saksi penampilan Tika, Changcuters, dan The S.I.G.I.T., yang kesemuanya akrab di telinga kalangan muda. Sementara panggung Teknofutura Mengada-ada yang bertempat di lantai bawah Campus Center Timur, selain menampilkan beberapa video art hasil karya mahasiswa program studi Desain Komunikasi Visual (DKV) ITB, juga menghadirkan penampilan grup musik beraliran tekno seperti Rock and Roll Mafia, dan Goodnite Electric. Panggung terakhir, yakni panggung tradisional yang bertempat di daerah sekitar TVST, menjadi tempat unjuk gigi Cozy Street Corner. Pasar Seni ITB 2006 ini memang memberikan kesan yang berbeda dengan acara sejenisnya. Sesuai namanya, seni-lah yang menjadi benang merah semua stan, wahana dan atraksi di even ini. Seni erat kaitannya dengan budaya, maka berbagai budaya pun diangkat di sini. Di zona tradisional misalnya, Anda temui penjual makanan tradisional dan wahana permainan tradisional, seperti lompat petak, kincir angin, dsb. Sementara di zona teknologi, budaya metropolis yang diangkat. “Semua stan yang mendaftar memang terlebih dahulu diseleksi agar tidak ada yang sama atau bertolakbelakang dengan konsep Pasar Seni itu sendiri,” ungkap Ketua Pelaksana Pasar Seni ITB 2006, Panji Sisdianto. Nampaknya ‘Tumplek Tubleugh’ memang mendeskripsikan Pasar Seni ITB 2006 dengan tepat. Berbagai sisi dan isu diangkat di sini. Mulai dari lingkungan hidup, yang diwakili oleh wahana Desain Produk dengan karya dari barang bekasnya, sisi manusiawi yang ditemui di zona tradisional, yang dapat mengingatkan pengunjung akan masa kecil mereka ketika berhadapan dengan hal-hal kecil yang mereka biasa temui di kampung halaman, sampai budaya pop yang diusung di zona teknologi. Akan halnya masalah keamanan yang sempat dikhawatirkan banyak pihak sebelumnya, pada saat even berlangsung tidak ditemui adanya aduan dari pengunjung perihal masalah keamanan. Sebelumnya, panitia bekerja ekstra keras menjelang hari-H. Bahkan Raka, maskot Pasar Seni ITB 2006, pun tidak dapat terselesaikan tepat pada waktunya karena keterbatasan waktu dan tenaga. Namun, Pasar Seni ITB 2006 tetap menjadi even ITB terbesar tahun ini.