UKMR ITB Aktif Lestarikan Kebudayaan Melayu di Kampus ITB

Oleh alitdewanto

Editor alitdewanto

BANDUNG, itb.ac.id- Unit Kebudayaan Melayu Riau (UKMR) ITB melakukan kegiatan aktif untuk melestarikan kebudayaan Melayu di kampus ITB dengan mengadakan Diskusi Panel yang merupakan salah satu rangkaian acara Pekan Kebudayaan Melayu  (PKM) Lustrum 1 UKMR 2011. Diskusi ini diadakan di Galeri Utama Campus Center ITB pada Sabtu (16/04/11), dengan tema "Indonesia Sebenar-Benar Melayu: Menguak  Tabir Kebudayaan Melayu dalam Keberagaman Nusantara." Acara ini dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Sumberdaya dan Pengembangan Organisasi, Prof. Irawati, serta  diawali dengan keynote speech dari Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Linda Amalia Sari Gumelar. Rangakain acara ini sekaligus  diselenggarakan untuk memperingati 100 Tahun Tengku Amir Hamzah, salah seorang pahlawan nasional asal Melayu.
Prof. Irawati berujar ITB ikut berpartisipasi dalam melestarikan kebudayaan Indonesia dengan memberikan berbagai wadah kegiatan di kampus bagi para mahasiswa. Diharapkan ini dapat memicu animo masyarakat untuk lebih memperhatikan budaya nasional. UKMR merupakan satu di antara unit kegiatan mahasiswa yang dinilai aktif melestarikan budaya daerah mereka, budaya melayu.

Diskusi Panel ini betujuan untuk menguak kebudayaan melayu secara lengkap dengan menghadirkan tokoh-tokoh kompeten. Beberapa pembicara yang berkesediaan hadir ialah Mahyudin Al Mudra (Pemimpin Umum MelayuOnline.com), Prof. Heddy Shri Ahimsa Putra (Guru Besar Antropologi UGM), Drs. Zaenal Arifin (Budayawan Melayu), Prof. Haidar Al Wasilah (Dosen Seni dan Budaya UPI), serta Tengku Ryo Riezqan (Musisi dan Seniman Melayu Ethic).

Pantun Melayu
 
Salah satu unsur kebudayaan Melayu yang sangat menonjol ialah pantun. Orang-orang Melayu menempatkan pantun sebagai hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari, seperti misal kebiasaan berbalas pantun bila bertemu dalam sebuah acara. Bahkan tidak berlebihan bila ada ungkapan bahwa "hidup akan terasa hambar bagi orang Melayu, tanpa pantun" atau "Melayu bukan lagi Melayu,  kalau tidak mengenal pantun."

Bagi orang Melayu, pantun merupakan salah satu cara berkomunikasi atau menyampaikan pesan. Dengan pantun, sebuah pesan dapat dikemas sedemikian rupa sehingga kalau isi di dalamnya kurang disukai, misal berisi sindiran atau kritik, maka isi tersebut tidak akan terasa sangat menyakitkan dan tidak akan begitu menyinggung perasaan. Semakin bagus sebuah pantun yang berhasil dibuat, semakin dihargai pula pembuatnya. Di sini terselip suatu pandangan bahwa semakin mampu seseorang menyampaikan pesan dalam batas-batas aturan yang rumit, maka semakin pandai orang tersebut dipandang. Tidak mengherankan bila berpantun merupakan hal yang dianggap penting karena dapat mencerminkan kepandaian dan kecerdasan seseorang.