UKMR ITB Kenalkan Budaya Melayu Melalui Wisata Kuliner

Oleh Irfaan Taufiiqul Rayadi

Editor Irfaan Taufiiqul Rayadi

Campus Center

BANDUNG, itb.ac.id - Mahasiswa ITB yang tergabung dalam Unit Kebudayaan Melayu Riau (UKMR) menyelenggarakan festival kuliner khas melayu pada Sabtu (08/04/17) di Lapangan Basket barat ITB. Wisata kuliner ini merupakan bagian dari acara Pesta Pora Melayu 2017 yang diselenggarakan untuk memperingati hari jadi UKMR ke - 11. Sebelumnya, acara yang sama pernah diadakan pada tahun 2013 dan 2014. Tema yang diangkat pada gelaran tahun ini adalah "Romansa Tanah Melayu."

Tujuan diadakannya wisata kuliner melayu ini adalah untuk memperkenalkan makanan khas melayu kepada masyarakat umum, khususnya civitas akademica ITB. Dalam acara ini, pengunjung dapat mengenal sekaligus menikmati berbagai makanan khas melayu, seperti aji serban, otak-otak, rujak melaka, nasi dagang, laksa, roti jala, mie lendir, bolu kemojo, ketan durian, dan masih banyak lagi. Makanan-makanan tersebut disajikan dalam beberapa stand dan dikemas dengan tampilan menarik. Hal ini mampu menambah minat pengunjung untuk hadir dan membeli berbagai makanan yang tersedia. Di samping itu, pengunjung juga akan diberitahu tentang manfaat dan peran setiap makanan dalam kebudayaan melayu.

Sebelumnya, telah diselenggarakan pre-event yang turut mengangkat salah satu budaya melayu, yakni tradisi arak-arakan. Tradisi ini merupakan bagian dari prosesi pernikahan dalam adat melayu. Selain itu, setiap pengunjung juga diajak untuk menghadiri malam kebudayaan melayu yang akan diselenggarakan pada Minggu ( 16/04/17 ) di Dago Tea House. Kegiatan ini merupakan puncak acara Pesta Pora Melayu 2017. Di dalamnya, akan dipertontonkan berbagai kebudayaan melayu seperti tarian, musik, dan drama yang menceritakan asal mula selat nasi.

Ketua UKMR, Aditio Pangestu (Teknik Informatika 2014) menuturkan bahwa acara ini bukan merupakan acara tahunan. Namun demikian, Aditio berharap acara seperti ini dapat terus dilaksanakan pada tahun - tahun berikutnya. Menurutnya, kebudayaan daerah tidak boleh ditinggalkan, melainkan harus terus dijaga dan dikembangkan. “Semoga ini bisa menjadi salah satu cara untuk memperkenalkan kebudayaan melayu kepada masyarakat ITB, melalui wisata kuliner, tarian, musik, dan drama,” tutup Aditio. 

M. Armando Siahaan
Teknik Pangan 2015
ITB Journalist Apprentice 2017
Sumber gambar : dokumen pribadi