Upaya Pengelolaan Sampah untuk Dukung Green Campus

Oleh Anggun Nindita

Editor Diky Purnama, S.Si.,M.Ds.


BANDUNG, itb.ac.id — Sampah menjadi permasalahan serius di setiap wilayah di Indonesia. Penanganan sampah yang buruk berakibat pada membeludaknya gunungan sampah dan melahirkan beragam persoalan. Masalah ini membutuhkan langkah sinergis dari semua elemen masyarakat, termasuk civitas academica.

Oleh karena itu, digelar webinar pengelolaan sampah yang merupakan bagian dari rangkaian acara Green Our Campus. Kegiatan tersebut menghadirkan narasumber Dosen Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) ITB, Dr. Ir. I Made Wahyu Widyarsana, S.T., M.T., Jumat (25/08/2023).

Kegiatan tersebut digelar oleh Ikatan Alumni Teknik Lingkungan (IATL) ITB yang bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) ITB dan Keluarga Mahasiswa Infrastruktur Lingkungan (KMIL) ITB. Rangkaiannya meliputi webinar, workshop, dan kompetisi demi menciptakan kampus yang berkelanjutan.

Green campus merujuk pada perguruan tinggi yang berfokus pada praktik-praktik berkelanjutan dan ramah lingkungan. Budaya ramah lingkungan ini digiatkan untuk menciptakan tempat yang nyaman, bersih, teduh (hijau), indah, dan sehat. Konsep ini bertujuan untuk mengurangi dampak negatif lingkungan dari aktivitas kampus serta untuk menggaungkan kesadaran tentang isu-isu lingkungan di kalangan mahasiswa, staf, maupun komunitas kampus secara umum,” ungkap Dr. Wahyu.

Indikator tercapainya green campus adalah terbentuknya kebijakan manajemen kampus berorientasi pada pengelolaan lingkungan, terdapat Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ideal, tersedia bangunan ramah lingkungan, terpeliharanya kebersihan dan kenyamanan lingkungan, dan adanya kepedulian dan keterlibatan seluruh warga kampus untuk menggiatkan budaya peduli lingkungan.

“ITB Kampus Jatinangor sudah mengimplementasikan konsep ini, yaitu dengan cakupan lahan hijau mencapai 82%. Terdapat konservasi sumber daya air di dua situ yang membantu meringankan dampak banjir di daerah Sumedang. Selain itu, terdapat pengelolaan sampah menggunakan anaerobic digester plant untuk menyulap sampah organik menjadi pupuk. Sementara di Kampus Ganesha terdapat pengomposan di Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu (IPST) Sabuga,” ujarnya.

Beliau menyampaikan alternatif pengelolaan sampah yang bisa melalui proses mekanis dengan mereduksi volume dan ukurannya, biogasifikasi, menyediakan fasilitas Black Soldier Fly (BSF) untuk mengolah sampah organik, pirolisis, dan sanitary landfill.

"Permasalahan sampah menjadi hal yang serius di tengah fenomena perubahan iklim yang membayangi. Green campus harus terus dipraktikkan dan tidak sekadar menjadi teori,” kata Dr. Wahyu.

Dr. Wahyu mengakui bahwa pengelolaan sampah ini memiliki banyak PR dan perlu dievaluasi. Kesadaran individu mesti terus ditingkatkan. Beliau menggarisbawahi pembangunan infrastruktur di kampus harus dibarengi dengan pembangunan manusianya. Civitas academica harus lebih melek terhadap isu lingkungan di kampus melalui sosialisasi, edukasi, dan kampanye.

“Kalau ingin mewujudkan green campus sebaiknya berbasis sustainability campus. Bukan upaya yang mudah, perlu kerja keras kita bersama,” tuturnya.

Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)

Editor: M. Naufal Hafizh