Usia Bukan Jadi Penghalang Bagi Prof. Komar Ruslan untuk Mengabdi kepada ITB
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id -- Usia bukan menjadi penghalang bagi Prof. Dr. Komar Ruslan Wirasutisna untuk tetap mengabdi kepada kampus tercinta. Selama lebih dari 40 tahun, ia telah mendedikasikan keilmuannya untuk kemajuan pendidikan. Meskipun usia sudah tak muda lagi, semangat mengajar tetap ada dalam dirinya.
Atas dedikasinya itulah, Institut Teknologi Bandung memberikan Penghargaan Pengabdian 40 Tahun kepada Prof. Dr. Komar Ruslan atas pengabdiannya kepada ITB. Penghargaan tersebut diberikan Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA., kepada mereka yang telah mengabdi di ITB untuk kemajuan pendidikan di Indonesia selama 40 tahun.
Prof. Komar Ruslan merupakan Guru Besar dari Kelompok Keahlian Biologi Farmasi, Sekolah Farmasi ITB. Ia memulai pendidikan sarjana di Jurusan Farmasi ITB tahun 1969 dan lulus pada 1975. Kemudian melanjutkan S2 di Universite Paul Sabatlier Perancis pada 1978 dan lulus 1980 dengan menyanding gelar DEA, dan melanjutkan S3 di kampus yang sama dengan gelar de 3me Cycle tahun 1981 dan lulus Dr d'etat tahun 1983.
"Sejak tahun 1976 saya menjadi dosen dengan jabatan asisten ahli. Pada 1978 berangkat ke Perancis selama 5 tahun dan tahun 1983 kembali ke ITB melaksanakan tugas sebagai dosen," kata Prof. Komar diwawancara Humas ITB belum lama ini.
Prof. Komar mengatakan, sangat menikmati kehidupannya sebagai seorang dosen. Mulai dari asisten di laboratorium, mengajar, kuliah lagi sampai akhirnya menjelang pensiun di ITB. Selama mengajar, yang menjadi konsen-nya adalah pembentukan karakter bagi mahasiswa. "Karena semakin ke sini semakin diperlukan pembentukan karekter yang baik apalagi menyangkut kehidupan orang lain di bidang farmasi," katanya.
Selama pengabdiannya di ITB, Prof. Komar pernah menjadi anggota Majelis Wali Amanat(MWA) ITB, kemudian menjadi anggota senat akademik dan menjadi wakil rektor walaupun hanya satu tahun. Pengalaman-pengalaman di ITB tersebut menjadi bekal dalam membantu masyarakat secara langsung di tempat tinggalnya. "Ketika menjadi dosen, disamping mengajar saya juga menjadi koordinator kemahasiswaan bidang kesenian yang mengkoordinir unit-unit kesenian di ITB," ucap Prof. Komar.
Pengalaman lainnya yakni menjadi Pimpro P3T-ITB pada saat Pembangunan ITB melalui Loan OECF Jepang di samping Gedung-gedung di Kampus mencakup pembangunan Gedung Sabuga dan Saraga di Lebak Siliwangi dengan kompleksitas permasalahan pembebasan tanah sampai kendala teknis pembangunanmya. Ia juga pernah jadi PD2-FMIPA, Ketua Senat FMIPA, Ketua Senat Sekolah Farmasi.
Prof. Komar bercerita, banyak hal telah berubah dalam kehidupan mahasiswa sekarang dibandingkan dengan dirinya dulu. Saat masih mahasiswa, ia selalu berangkat ke kampus menggunakan sepeda dari Jalan Gatot Subroto Bandung. Meskipun ketika itu teman-temannya sudah beralih ke motor namun ia tetap setia dengan sepedanya.
"Kalau dibandingkan mahasiswa zaman sekarang, sudah sangat berbeda salah satunya kemudahan untuk mencapai tempat kuliah. Saya merasa perjuangan dari teman-teman dulu mereka penuh perjuangan untuk menghadapi kendala yang dihadapi," ujarnya. Namun demikian, mahasiswa zaman sekarang jauh lebih baik dalam pengetahuan dan cara berpikir, hanya saja tantangan yang berbeda antara dulu dan sekarang.
Sementara itu kepada para pengajar muda atau calon-calon dosen di ITB, ia berpesan agar sesegera mungkin menyelesaikan jenjang pendidikan. Agar keilmuan yang diperoleh bisa lebih berguna untuk dimanfaatkan bagi kemajuan pendidikan di Indonesia bangsa.
"Pesan untuk dosen muda bukan hanya jenjang pendidikan tapi juga jenjang karier sebagai dosen, sesegera mungkin jadi Guru Besar," katanya.