Webinar SAPPK ITB: Menggali Makna 'Tanah Kali’ dalam Pemukiman di Jakarta

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita


BANDUNG, itb.ac.id - Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung (SAPPK ITB) mengadakan webinar seri ke-11 dengan KK Perumahan dan Pemukiman (PP) sebagai tuan rumah. Agenda ini diselenggarakan pada Kamis (14/12/2023) secara hybrid di Ruang Seminar Lantai 2, Labtek IXA SAPPK ITB dan Zoom Meeting.

Tema yang diusung pada webinar ini adalah “Makna Rumah dalam Perubahan Permukiman Perkotaan”. Salah satu nasumber yang hadir, yakni Sri Suryani, S.T, M.Sc.,dari KK PP SAPPK ITB. Dia menyampaikan presentasi yang berjudul “Makna Tanah Kali dalam Mengingat Pemukiman di Jakarta”. Beliau menjelaskan hasil risetnya terkait dengan perubahan permukiman di kota-kota besar, khususnya Jakarta. Berikut dengan fokus proses pembangunan infrastuktur penahan pengendali banjir di sungai.

Menurutnya proses pembangunan infrastruktur penahan banjir tidak hanya dari sudut pandang teknis, tetapi juga dari perspektif makna rumah. Dalam wawancaranya dengan masyarakat di lapangan, Sri Suryani mencoba menggali makna rumah dari sudut pandang yang lebih luas dan mendalam.

Ada tiga proposisi utama yang diungkapkannya dalam presentasinya. Pertama, perubahan permukiman membuka beragam makna rumah, tidak terbatas pada satu interpretasi saja. Makna-makna tersebut mungkin telah lama terabaikan atau terlupakan dalam sejarah. Kedua, pembangunan kota berimplikasi pada perubahan pemukiman dan dapat memengaruhi makna rumah. Terakhir, dalam proses pembangunan kota, terdapat makna-makna yang mungkin terus menerus berkembang atau terkendala.

Sri Suryani juga menyoroti pentingnya melihat rumah sebagai lebih dari sekadar benda fisik. Ia mencoba melibatkan konsep landscape dalam pemahaman rumah, di mana landscape tidak hanya mencakup rumah sebagai benda, tetapi juga elemen-elemen ekspresi verbal dan nonverbal.

Metode penelitian yang digunakan melibatkan studi kelapangan, khususnya dalam area pembangunan infrastruktur penahan banjir. “Studi ini menggunakan berbagai pendekatan, termasuk studi asid bersejarah, wawancara dengan masyarakat, dan pengamatan lokasi dengan sketsa, foto, dan video,” jelasnya.

Sri Suryani berharap bahwa temuannya dapat membuka dimensi baru dalam memahami rumah dan permukiman, terutama dalam konteks perubahan perkotaan yang terus berkembang. Presentasi ini juga mengundang pertanyaan kritis tentang konsep rumah yang perlu diartikulasikan ulang, terutama dalam menghadapi perubahan kompleks di perkotaan.

Penulis: Hafsah Restu Nurul Annafi (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2019)