Webinar SAPPK ITB: Peran Shopping Mall terhadap Well Being
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Tim peneliti dari Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur (KK PA) SAPPK ITB yang terdiri dari Dr. Ir. Mochamad Prasetiyo Effendi Yasin, M.Arch., M.A.UD., Dr. Eng., Hanson Endra Kusuma, S.T., M.Eng., dan Grace Sibarani melakukan penelitian terhadap peran shopping mall bagi kondisi well-being pengunjung. Hasil penelitian tersebut dipaparkan dalam Webinar SAPPK bertajuk “Peran Shopping Mall terhadap Well-Being: Manfaat Restoratif dan Kualitas Kesehatan” pada Kamis (25/5/2023).
Dr. Prasetiyo mengatakan bahwa kelembaman manusia dalam bergerak menjadi penyebab kematian nomor empat di dunia. Penelitian dari Stanford University mengungkap fakta bahwa Indonesia menjadi negara dengan kebiasaan berjalan kaki yang paling rendah dari 46 negara yang diteliti.
Menurutnya, insan SAPPK memiliki kesempatan untuk mengintervensi hal ini melalui desain lingkungan binaan yang memicu gerak dan aktivitas fisik masyarakat. Penelitian yang dilakukan di KK Perancangan Arsitektur salah satunya melalui desain shopping mall yang menghadirkan fitur-fitur penunjang kualitas kesehatan untuk mencapai kondisi well-being berupa kesehatan fisik, mental, sosial, lingkungan, dan spiritual dalam satu konsep ruang yang terintegrasi.
“Model mall masa depan yang kami usulkan harus menyediakan ruang untuk kebutuhan kepuasan fisik, rekreasional, sosial, dan spiritual. Di Indonesia, beberapa mall sudah memiliki keempatnya, tapi masih saling terpisah dan tidak ada konsep yang menyatukan fungsi-fungsi tersebut,” katanya.
Penelitian tersebut dilakukan untuk mengungkap hubungan sebab-akibat yang bersifat langsung maupun tidak langsung antara motivasi pengunjung, karakteristik shopping mall, persepsi restorasi, aktivitas, dan Subjective Well-Being (SWB). Analisis dilakukan secara kuantitatif terhadap 240 sampel data kuesioner pengunjung shopping mall dari kalangan mahasiswa yang berkuliah di Kota Bandung.
Hasilnya, SWB atau kebahagiaan yang didapat dari shopping mall dipengaruhi oleh persepsi restorasi berupa kebetahan yang dirasakan pengunjung. Persepsi restorasi ini dapat muncul dari karakteristik fungsi dan kenyamanan dari shopping mall itu sendiri.
Sementara itu, Dr. Hason menjelaskan jenis aktivitas yang terkait langsung dengan SWB atau kebahagiaan pengunjung adalah aktvitas hiburan yang dipengaruhi oleh karakteristik desain shopping mall. Di sisi lain, karakteristik desain ini pula yang mendorong motivasi pengunjung dalam hal interaksi sosial, rekreasi, dan belanja. “Penelitian ini dilakukan secara subjektif. Hasilnya masih hipotesis, kita masih perlu konfirmasi lagi, perlu replikasi,” ujar Hanson.
Hasil penelitian terhadap beberapa variabel ini nantinya dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam perancangan shopping mall yang memperhatikan ketercapaian well-being bagi pengunjung.
Selain itu, aspek karakteristik shopping mall, motivasi pengunjung, persepsi restorasi, dan aktivitas yang ditawarkan harus menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan desain shopping mall yang mampu menunjang kebutuhan dan kepuasan pengunjung di dalamnya.
“Implikasi hasil penelitian ini terhadap perancangan sangat bermacam-macam. Kemungkinan penerapan ke dalam desain sangat banyak. Berapa persen floor area di dalam shopping mall yang sebaiknya untuk rekreasi dan interaksi sosial? Berapa persen yang sebaiknya untuk belanja? Semuanya perlu kita teliti lebih lanjut,” ujar Hanson.
Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2020)