Webinar SBM ITB, Bangun Kesadaran Kesehatan Mental Mahasiswa Demi Prestasi

Oleh Anggun Nindita

Editor Adi Permana

BANDUNG, itb.ac.id – Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) menyelenggarakan webinar yang bertujuan membangun kesadaran kesehatan mental di kalangan mahasiswa pada Sabtu (5/8/2023). Agenda ini pun fokus terhadap pemberian wawasan serta strategi konkret dalam mengatasi stres serta meningkatkan kesejahteraan mental.

Kegiatan tersebut menghadirkan dua psikolog yakni Adira Yarman dan Nur Faisa Hidayanti.

Sesi pertama diisi oleh Adira Yarman, yang membahas lebih dalam mengenai fase perkembangan dewasa awal pada mahasiswa. Dia menyoroti transisi yang signifikan dalam kehidupan mahasiswa. Termasuk di antaranya adaptasi fisik, intelektual, dan sosial yang kadang menimbulkan tekanan.

“Transisi dari fase sebelumnya yang lebih santai menuju tanggung jawab yang lebih besar saat menjadi mahasiswa, seringkali menimbulkan beban psikologis yang memicu stres,” katanya.

Adira secara jelas memaparkan bahwa stres adalah fenomena umum yang bisa berdampak pada kesehatan fisik dan mental. Dia merinci dua jenis stres, yakni distress (stres negatif) yang berlangsung lama dan mengganggu aktivitas sehari-hari, serta eustress (stres positif) yang dapat memberi dorongan positif dalam waktu pendek.

Pentingnya persepsi dalam menghadapi stres juga menjadi sorotan dalam sesi ini. Jika seseorang merasa tidak mampu mengatasi situasi tertentu, maka munculah distress. “Sebaliknya, jika seseorang memandang stres sebagai tantangan yang bisa diatasi, maka eustress muncul sebagai hasilnya,” jelasnya.

Reaksi terhadap stres dibahas secara komprehensif oleh Adira, meliputi dimensi emosi, fisik, kognitif, dan perilaku. Mahasiswa yang menghadapi stres mungkin akan merasakan perubahan mood, mudah marah, cemas, frustasi, atau bahkan perubahan perilaku.

Sumber stres bagi mahasiswa bisa beragam, termasuk tuntutan akademik yang tinggi, masalah keluarga, keterbatasan finansial, permasalahan pendidikan, serta persoalan spiritual dan sosial.

“Karena itu, penting bagi mahasiswa untuk mengenali reaksi stres mereka sebagai sistem peringatan dini agar stres tidak mencapai titik puncaknya dan bisa segera ditangani,” ucapnya.

Sesi kedua disampaikan oleh Nur Faisa Hidayanti, yang memberikan panduan praktis tentang cara mengatasi stres dan meningkatkan kesehatan mental. Dia mengungkapkan bahwa reaksi positif terhadap stres bisa menjadi pendorong untuk menghadapi tantangan.

“Sementara reaksi negatif dapat mengganggu kehidupan sehari-hari, bahkan dapat menyebabkan masalah fisik dan psikologis, seperti depresi,” ujarnya.

Nur Faisa menyampaikan tiga pendekatan penting dalam mengelola stres, yakni enaktif, proaktif, dan reaktif. Pendekatan enaktif melibatkan perubahan situasi atau lingkungan agar stres berkurang.

Pendekatan proaktif melibatkan antisipasi dan upaya untuk menghindari situasi yang berpotensi menimbulkan stres, sementara pendekatan reaktif adalah cara menyesuaikan diri dengan situasi yang penuh tekanan dan mengembangkan ketahanan mental.

“Mengelola stres harus disesuaikan dengan kepribadian dan kebutuhan individu. Beberapa strategi yang dapat dilakukan mencakup mencari dukungan sosial, berbicara dengan orang terdekat, menjaga keseimbangan antara akademik dan kehidupan sosial, berolahraga secara teratur, dan mempelajari teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga,” jelasnya.

Harapannya, webinar ini akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kesehatan mental bagi mahasiswa SBM. Dengan pengetahuan dan dukungan yang tepat, diharapkan tingkat stres yang dialami mahasiswa bisa berkurang, sehingga mereka dapat mencapai prestasi akademik dan kesuksesan secara holistik.

Keterlibatan aktif dari pihak kampus dan pemahaman individu dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental juga menjadi faktor penting dalam menjalani kegiatan perkuliahan.

Reporter: Fairuuz Fawwas Alfarizi Tantuayo (Kewirausahaan, 2024)