Bagi William, ini adalah pengalaman pertamanya mengikuti ITB Ultra Marathon dan sekaligus menjadi jarak terjauh yang pernah dijalaninya dalam event lari.

Dalam kompetisi ini, William mengakui bahwa terdapat sejumlah tantangan untuk menempuh jarak 2 kota tersebut. Menurutnya, rute paling berat terjadi saat dia berlari dari Cianjur ke Padalarang saat siang hingga sore hari, ketika panas terik dan kondisi medannya bervariasi.

Meski sempat mengalami kelelahan ekstrem di pertengahan perjalanan, William tidak menyerah. Dia memperhatikan asupan cairan dan energi, serta mengatur mental agar tetap fokus menuju finis. Lintasan panjang dan situasi kelelahan ekstrem menjadi ujian ketahanan bukan hanya fisik tapi juga mental.

“Kita mesti self support,” katanya.

Prestasi ini menunjukkan bahwa, meskipun bukan alumni ITB, William mampu menyesuaikan diri dengan karakter ajang dan menunjukkan performa unggul.

“Ini event yang sangat baik. Terlepas dari saya bukan dari alumni ITB, tapi ini ajang berkumpul yang sangat bagus, mestinya perlu dilestarikan karena bisa bertemu teman-teman pelari lain juga,” ujarnya.

Adapun ITB Ultra Marathon sejak 2017 dirancang sebagai sarana silaturahmi alumni dan komunitas lari. Keterlibatan pelari di luar sivitas akademika ITB seperti William menjadi bukti bahwa event ini telah melampaui batas eksklusivitas institusional dan kini menjadi arena prestasi dan kebersamaan lintas komunitas lari. Keterbukaan ini mendukung visi agar acara tetap relevan, inklusif, dan menjadi wahana inspirasi bagi masyarakat pelari secara umum.