WINDS: Kembangkan Teknologi Satelit dalam Negeri
Oleh Muhammad Fikri
Editor Muhammad Fikri
BANDUNG, itb.ac.id - Pesatnya perkembangan teknologi satelit mendorong kemajuan pada bidang telekomunikasi. Pada saat ini, satelit menjadi bagian penting dalam penyebaran arus informasi di seluruh dunia. ITB berkesempatan untuk menjadi salah satu perguruan tinggi di mana riset mengenai teknologi satelit dilakukan. Bertempat di Laboratorium Telekomunikasi Radio dan Gelombang Mikro (LTRGM) kampus ITB, Kantor Berita ITB berkesempatan untuk mewawancarai beberapa peneliti yang tergabung dalam proyek penelitian WINDS pada Jumat (04/03/11).
Wideband Inter Networking engineering test and Demonstration Satellite atau disingkat dengan WINDS, adalah program penelitian yang diprakasai oleh Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA). Penelitian WINDS dimulai sejak tahun 2008, diawali dengan peluncuran satelit ini oleh roket H2A pada tanggal 23 Februari 2008. Satelit berteknologi Ka band ini, memiliki cakupan di wilayah Asia Pasifik dan khususnya Asia Tenggara. Pada saat ini terdapat sepuluh lokasi penelitian tersebar di seluruh Asia Pasifik. Masa kerja satelit ini sepanjang lima tahun, terhitung sejak Oktober 2008 hingga Maret 2013.
Mitsuyoshi Iida memaparkan berbagai eksperimen penelitian yang dapat diujikan pada WINDS. "Kegunaan WINDS sangat beragam. Beberapa hal yang memanfaatkan satelit dapat diujikan dalam riset, antara lain untuk tujuan pendidikan, telemedicine, mitigasi bencana, dan propagasi radio," ujar Iida. Perwakilan dari Association of Radio Industries and Businesses Jepang ini juga bercerita tentang nama Jepang dari WINDS yaitu Khizuna yang berarti persahabatan.
Iida menambahkan bahwa kecepatan yang ditawarkan oleh teknologi Ka band ini termasuk yang paling cepat. "Untuk uplink kecepatannya 27,5 hingga 28,6 GHz sedangkan untuk downlink 17.7 hingga 18.8 GHz. Hanya saja masih terdapat keterlambatan dalam transfer data (delay) selama 40 milidetik," ungkap Iida.
WINDS dalam Dunia Pendidikan
Achmad Affandi, peneliti asal Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) memaparkan penelitiannya akan kegunaan satelit berteknologi boardband dalam membantu proses pendidikan di Indonesia. "Teknologi Ka band menawarkan kecepatan tinggi untuk transfer data, hal ini membuat lebih banyak aplikasi yang dapat dimanfaatkan seperti video," ujar Affandi.
Affandi memberi contoh, materi kuliah yang disimpan pada server di Jepang dapat langsung ditransmisikan melalui satelit ke jaringan Indonesia Higher Education Network (INHERENT). INHERENT adalah program pengembangan sistem dan jaringan informasi pendidikan tinggi yang menghubungkan perguruan-perguruan tinggi di Indonesia. Dengan adanya teknologi satelit dan dibantu dengan jaringan INHERENT, diharapkan dapat membantu distribusi materi pendidikan di Indonesia.
Tantangan Untuk Iklim Indonesia
Dr. Ir. Joko Suryana, dosen ITB, menjelaskan kondisi iklim tropis di Indonesia menjadi tantangan untuk penelitian di bidang satelit berteknologi Ka band. "Satelit dengan teknologi KA band, dapat beroperasi dengan optimal pada daerah beriklim sub tropik seperti di Jepang dan Amerika Utara. Curah hujan yang tinggi di Indonesia menjadi dasar utama untuk penelitian bagaimana cara untuk mempertahankan kualitas sinyal yang ditransmisikan," ungkap Joko.
Joko juga berharap agar teknologi satelit dapat berkembang pesat di Indonesia. "Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas, masih banyak daerah yang belum terjangkau oleh teknologi telekomunikasi. Satelit merupakan solusi untuk menjawab tantangan ini," ujar Joko.
Mitsuyoshi Iida memaparkan berbagai eksperimen penelitian yang dapat diujikan pada WINDS. "Kegunaan WINDS sangat beragam. Beberapa hal yang memanfaatkan satelit dapat diujikan dalam riset, antara lain untuk tujuan pendidikan, telemedicine, mitigasi bencana, dan propagasi radio," ujar Iida. Perwakilan dari Association of Radio Industries and Businesses Jepang ini juga bercerita tentang nama Jepang dari WINDS yaitu Khizuna yang berarti persahabatan.
Iida menambahkan bahwa kecepatan yang ditawarkan oleh teknologi Ka band ini termasuk yang paling cepat. "Untuk uplink kecepatannya 27,5 hingga 28,6 GHz sedangkan untuk downlink 17.7 hingga 18.8 GHz. Hanya saja masih terdapat keterlambatan dalam transfer data (delay) selama 40 milidetik," ungkap Iida.
WINDS dalam Dunia Pendidikan
Achmad Affandi, peneliti asal Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) memaparkan penelitiannya akan kegunaan satelit berteknologi boardband dalam membantu proses pendidikan di Indonesia. "Teknologi Ka band menawarkan kecepatan tinggi untuk transfer data, hal ini membuat lebih banyak aplikasi yang dapat dimanfaatkan seperti video," ujar Affandi.
Affandi memberi contoh, materi kuliah yang disimpan pada server di Jepang dapat langsung ditransmisikan melalui satelit ke jaringan Indonesia Higher Education Network (INHERENT). INHERENT adalah program pengembangan sistem dan jaringan informasi pendidikan tinggi yang menghubungkan perguruan-perguruan tinggi di Indonesia. Dengan adanya teknologi satelit dan dibantu dengan jaringan INHERENT, diharapkan dapat membantu distribusi materi pendidikan di Indonesia.
Tantangan Untuk Iklim Indonesia
Dr. Ir. Joko Suryana, dosen ITB, menjelaskan kondisi iklim tropis di Indonesia menjadi tantangan untuk penelitian di bidang satelit berteknologi Ka band. "Satelit dengan teknologi KA band, dapat beroperasi dengan optimal pada daerah beriklim sub tropik seperti di Jepang dan Amerika Utara. Curah hujan yang tinggi di Indonesia menjadi dasar utama untuk penelitian bagaimana cara untuk mempertahankan kualitas sinyal yang ditransmisikan," ungkap Joko.
Joko juga berharap agar teknologi satelit dapat berkembang pesat di Indonesia. "Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas, masih banyak daerah yang belum terjangkau oleh teknologi telekomunikasi. Satelit merupakan solusi untuk menjawab tantangan ini," ujar Joko.