ITB-BMW Kerja sama Kembangkan Biodiesel

Oleh habiburmuhaimin

Editor habiburmuhaimin

BANDUNG, itb.ac.id - PT. BMW Indonesia bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam melakukan pengembangan sumber daya bahan biodiesel melalui penerapan hidrogenasi. PT. BMW Indonesia yang diwakili oleh Presiden Direkturnya, Joerg Kelling, melakukan penandatanganan kerja sama dengan Prof. Dr. Indratmo Sukarno, Ketua LPPM ITB, Rabu (27/5/2009).

Pihak ITB menyambut baik dukungan BMW terhadap penelitian ini. "Semoga hubungan antara ITB dan BMW akan semakin erat karena penelitian ini untuk menunjukkan keseriusan ITB dalam mengembangkan energi alternatif," kata Indratmo Sukarno, seperti dikutip dari okezone.com.

Bantuan penelitian biodiesel ini diharapkan dapat membantu Indonesia mengembangkan bahan bakar diesel sesuai dengan standar kebutuhan mesin diesel saat ini. Di samping itu, Penelitian ini juga merupakan usaha dalam pendidikan tentang mesin diesel dan lingkungan, sehingga diharapkan masyarakat dapat mengetahui keuntungan dari pemakaian bahan bakar yang dapat diperbaharui tersebut.

Pengembangan biodiesel yang dilakukan ITB sejalan dengan keinginan BMW yang berkeinginan memasarkan kendaraan bermesin diesel di Indonesia. Namun, Hal tersebut tidak kunjung dilakukan karena standar mutu bahan bakar diesel belum sesuai dengan mesin-mesin common rail mutakhir produksi BMW. "Salah satu caranya, mengembangkan bahan bakar diesel dari bahan nabati melalui kerja sama lembaga perguruan tinggi. Saya gembira ITB ternyata telah mengembangkan biodiesel dari bahan bukan untuk makanan. Bahkan menggunakan sumber lain dan bukan dari bahan yang sudah dikembangkan selama ini, seperti kelapa sawit dan biji jarak," beber Jörg Kelling kepada kompas.com.

Sementara itu, Dr Ir Tatang Hernas dari Fakultas Industri Teknologi Rekayasa Kimia menjelaskan bahwa bahan biodiesel yang digunakan berasal dari tanaman yang banyak ditemukan di Jawa Barat, seperti kemiri sunan, minyak kemiri, dan biji karet. "Kita terus mencari berbagai sumber bahan untuk biodiesel. Tidak hanya pada biji jarak yang memang bisa mendekati kebutuhan standar mutu diesel untuk mesin masa kini. Namun, dengan menggunakan tanaman lain yang tentu saja akan lebih baik. Dalam hal ini kita berpatokan tidak menggunakan tanaman untuk makanan, termasuk kelapa sawit," paparnya.

foto : kompas.com