Workshop Series LPPM ITB: Pentingnya Sumur Geotermal di Indonesia
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
*Sumber foto: ebtke.esdm.go.id
BANDUNG, itb.ac.id—Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar workshop series dalam memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) pada Kamis (12/8/2021). Salah satu workshop-nya membahas “Integritas Sumur Geotermal di Indonesia”. LPPM ITB mengundang Dr.-Ing. Bonar Tua Halomoan Marbun sebagai narasumber.
Dr. Bonar sendiri merupakan dosen di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM). Dia termasuk dalam kelompok keahlihan Teknik Pemboran, Produksi, dan Manajemen Migas.
Dalam workshop-nya, Dr. Bonar membahas tentang sumur panas bumi. Sumur panas bumi ini merupakan hasil penelitian LPPM ITB. Penelitian ini didukung oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi serta Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE).
Dr. Bonar mengatakan bahwa sumur panas bumi merupakan suatu penelitian yang kompleks. Ia membutuhkan campur tangan dari berbagai kelompok keahlihan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini tergabung berbagai tenaga ahli dari berbagai jurusan di ITB, seperti Teknik Mesin, Geologi, Teknik Geofisika, dan lainnya.
Selanjutnya, Dr. Bonar menjelaskan bahwa sumur geotermal memiliki beberapa perbedaan dengan sumur air yang biasa ditemui. Sumur geothermal, misalnya, tidak selalu vertikal dari permukaan tanah hingga kedalam permukaan bumi. Sumur geotermal biasanya juga memiliki ‘dogleg’.
Dogleg merupakan keadaan saat pengeboran sumur dilakukan secara tidak vertikal atau memiliki sudut kemiringan tergantung pada kondisi lingkungan. Sudut kemiringan biasanya dari 0 derajat hingga bisa mencapai kemiringan 90 derajat.
Dalam penjelesannya dikatakan bahwa pembuatan sumur panas bumi harus melewati beberapa standar yang telah ditetapkan. Standar tersebut tidak seragam di tiap negara. Setiap negara memiliki standarnya masing-masing yang telah disesuaikan dengan kondisi negara tersebut.
Beberapa negara yang memiliki standar pembuatan sumur panas bumi adalah Amerika Serikat dan Selandia Baru. Pada umumnya, tahapan yang harus dilalui untuk pembuatan sumur panas bumi, yaitu geology and geophysics, resevoir, production, driling, well maintenance and well lifetime, dan future development.
Pentingnya Integritas Sumur Geotermal
Integritas Sumur Geotermal sangat diperlukan. Hal tersebut bertujuan untuk memperkecil risiko dari fluida yang tidak terkontrol selama penggunaan sumur. Jika kondisi tersebut tidak diperhatikan, dapat menimbulkan suatu bencana yang besar.
Beberapa kasus yang disebabkan oleh fluida yang tidak terkontrol yaitu ledakan di Teluk Mexico Deepwater Horizon pada 2010, yang menyebabkan 11 orang tewas dan kerugian mencapai US$40,9 miliar. Indonesia juga pernah mengalami hal yang serupa di Banjarpanji (2006) serta tumpahan minyak di Karawang (2019).
Perkembangan Sumur Geotermal di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang memiliki cadangan panas bumi yang melimpah. Indonesia dilaporkan memiliki potensi panas bumi sebesar 28.5 GW hingga saat ini. Namun, pemanfaatannya masih tergolong sangat kecil, yaitu hanya mencapai 2.1 GW.
Saat ini eksplorasi sumur panas bumi mulai dikembangkan di Indonesia. Salah satunya di Tulehu. Proyek ini rencananya akan membangun sumur dengan kedalaman 1500 meter. Namun, dalam realisasinya, sumur hanya bisa dibangun dengan kedalaman 927 meter. Hal ini dikarenakan pengerjaan waktu produktif (productive time) hanya sebesar 30 persen.
Peningkatan pembangunan sumur panas bumi sangat perlu dilakukan. Dalam penjelasan Dr. Bonar, saat ini pembangunan sumur dilakukan dengan mengimprovisasi standar-standar pembangunan yang sudah ditetapkan oleh beberapa negara agar sesuai dengan kondisi di Indonesia. Hal tersebut mulai diterapkan di Dieng, Jawa Tengah. Hingga saat ini Dieng mempunyai 18 sumur panas bumi.
Pengembangan sumur panas bumi mendapatkan respon positif dari pemerintah. Hal ini terbukti dengan banyaknya kementerian yang aktif memberikan bantuan berupa dana guna untuk pengembangan sumur panas bumi di berbagai daerah di Indonesia.
Reporter: Tarisa Putri (Teknik Kimia 2019)