Geothermal Webinar Forum: Revisiting Kamojang Pressure Transient Data
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Sejak 37 tahun yang lalu, Kamojang menjadi salah satu lokasi pengambilan dan produksi sumber daya alam panas bumi oleh Pertamina. Gunung Kamojang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat dan berjarak sekitar 43 kilometer dari pusat Kota Bandung. Hingga saat ini, sudah ada 93 sumur pengeboran di kawasan Kamojang.
Program Studi Magister Teknik Geotermal Institut Teknologi Bandung (ITB) menyelenggarakan webinar berseri dengan nama Geothermal Forum. Pada Jumat (26/3/2021), diselenggarakan Geothermal Forum Week 1 yang berjudul “Revisiting Kamojang Pressure Transient Data”. Webinar ini dipimpin oleh Heru Berian Pratama, S.T., M.T., sebagai moderator dan diisi oleh Senior Reservoir Engineer PT Pertamina Geothermal Energi yaitu Dhanie Marstiga Yuniar, S.T., M.T.
Pada webinar ini, narasumber memaparkan berbagai hal mengenai aktivitas produksi, pengeboran, dan penghimpunan data terkait sumur-sumur yang terdapat di lokasi tersebut. Dhanie memaparkan berbagai hal yang harus diperhatikan saat hendak membuat pengeboran sumur. Pertama, penempatan merupakan sebuah tantangan karena tidak semua titik secara sembarang bisa dijadikan sumur. Kedua, sistem permeabilitas juga perlu dipetakan dengan baik dan juga aspek SAGS harus diperhatikan.
Dia mengatakan, untuk melakukan pengeboran sumur, diperlukan data transient atau data sementara untuk mendapatkan informasi terkait titik yang akan dijadikan tempat pengeboran sumur. “Saat ini sumur-sumur yang akan dibor bisa dimonitor dan bisa diperoleh data-datanya dengan rinci,” ujar Dhanie.
Untuk menghimpun data yang diperlukan, pada setiap lapangan selalu ada kegiatan yang bernama Well Completion Test yang berfungsi sebagai sumber utama data transient pada sumur-sumur geothermal. “Well Completion Test juga berfungsi untuk menunjukkan karakteristik sumur setelah dilakukan pengeboran,” ujar Dhanie.
Dhanie menjelaskan, setelah 37 tahun usia Kamojang sebagai lokasi penghasil panas bumi, ada berbagai hal yang berubah seiring berjalannya waktu. Pertama, semakin banyak pengetahuan dan teknologi yang terlibat dan terpakai untuk menghimpun data dan melakukan pengeboran. Lalu, jika beberapa tahun yang lalu berbagai data yang dihasilkan masih berupa hardcopy atau berkas fisik, kini mayoritas data sudah berbentuk digital atau softcopy. Beberapa datasets yang ada di masa lalu juga kini kembali dibuat ulang dalam bentuk digital.
Di samping itu, ada banyak data yang harus ditelusuri dan dihimpun lagi untuk dianalisis dan dilakukan pembandingan. Terakhir, plan well stimulation dan interference test juga menjadi hal yang perlu dilakukan selanjutnya.
Reporter: Yoel Enrico Meiliano (TPB FTI, 2020)