Orasi Ilmiah Prof. Bonar Tua Halomoan Marbun: Integritas Sumur Migas dan Geotermal di Indonesia

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh

BANDUNG, itb.ac.id – Pada umumnya, jika seseorang mendengar kata sumur, salah satu yang terlintas adalah sumur air konvensional yang masih menggunakan katrol dan timba. Prinsip ini juga digunakan pada sumur migas. Hal ini dijelaskan oleh Prof. Dr. Ing. Bonar Tua Halomoan Marbun dalam acara Orasi Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB), di Aula Barat ITB Kampus Ganesha, Sabtu (17/2/2024). Judul orasi ilmiah yang dibawakannya “Integritas Sumur Migas dan Geotermal di Indonesia”.

Prof. Bonar Tua merupakan Guru Besar ITB dari Kelompok Keahlian Teknik Pengeboran, Produksi, dan Manajemen Migas (TPPM), Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) ITB.

Beliau menjelaskan bahwa sumur memiliki berbagai jenis berdasarkan bentuk lintasannya. Terdapat sumur yang lurus vertikal, sumur yang berbelok atau miring, dan sumur yang lintasannya memanjang. Hal itu merupakan salah satu perkembangan bentuk sumur yang menyesuaikan terhadap sumber migas yang ada.

   

Pembuatan sumur migas tersebut tentu cukup kompleks. “Segala hal harus disiapkan dengan benar agar sesuai dengan spesifikasi tertentu. Suatu sumur bisa saja bersifat khusus dan berbeda dengan sumur-sumur yang lain,” ujar Prof. Bonar.

Tahapan siklus hidup sumur terdiri atas enam fase, yaitu desain dasar, desain konstruksi, operasional, intervensi, dan penutupan sumur. Pada akhirnya sumur akan ditutup karena mempertimbangkan beberapa hal seperti potensi bahaya hingga potensi ekonomi.

Berdasarkan Organisasi Standardisasi Internasional (ISO), integritas sumur adalah usaha menahan dan mencegah keluarnya fluida, baik cair maupun gas, ke formasi di bawah tanah atau ke permukaan tanah. Sementara itu, menurut Norsok, sebuah standar Norwegia yang pertama kali membuat konsep terkait integritas sumur, menjelaskan bahwa integritas sumur merupakan penerapan solusi teknis, operasional, dan organisasi untuk mengurangi risiko keluarnya fluida formasi yang tidak terkendali di seluruh siklus hidup sumur.

Terkait sejumlah standar tersebut, Prof. Bonar mengakui bahwa hal tersebut menjadi sebuah masukan yang baik untuk Indonesia. “Sebagai masukan yang bagus bagi kita yang standarnya masih banyak sekali dibutuhkan perbaikan,” ujar lulusan Technical University of Clausthal tersebut.

Integritas sumur sendiri membutuhkan pendekatan multidisiplin yang melibatkan berbagai disiplin ilmu serta pihak pemerintah, baik pusat maupun daerah. Selain itu, akan melibatkan perusahaan penyedia jasa hingga perguruan tinggi.

   

Tentunya terminologi integritas sumur terus berkembang sehingga suatu sumur bukan hanya harus aman, tetapi juga harus ekonomis. Hal ini menyebabkan fokus di sumur sangat kritikal karena rata-rata 40% biaya eksplorasi dan eksploitasi wilayah kerja migas dan geotermal adalah sebuah angka yang sangat penting.

Di Indonesia, perencanaan eksplorasi migas belum terlalu sesuai dengan kondisi aktual di lapangan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya alat yang tidak sesuai dan kompeten. “Evaluasi ini tentu perlu diperhatikan dengan meningkatkan hal baik menjadi lebih baik dan memperbaiki hal yang bisa diperbaiki,” ucapnya.

Integrasi sumur migas sendiri tidak lepas dari Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS). Tentunya, aktivitas manusia yang semakin masif akan selalu menghasilkan CO2. Oleh karena itu, akan diupayakan agar CO2 tersebut bisa ditangkap, lalu disimpan di reservoir sehingga efek pemanasan global bisa diminimalisasi.

Mengakhiri orasinya, beliau menjelaskan analisis dan evaluasi ITB untuk studi Battelle. Hal ini dimulai dari bagaimana ITB ikut terlibat bersama Dirjen Migas, Pertamina, serta dana yang disediakan oleh Bank Pembangunan Asia di bawah konsultasi Battelle. “Kita melakukan banyak sekali improvisasi, diskusi, dan hal-hal baik sehingga apa yang kita rencanakan dalam konteks kesumuran terutama Carbon Capture Utilization and Storage bisa kita optimasi,” tuturnya.

Anda dapat menyaksikan ulang orasi ilmiah Prof. Dr. Ing. Bonar Tua Halomoan Marbun di YouTube ITB.

Reporter: Kevin Agriva Ginting (Geodesi, 2020)