World Environmental Day 2024: Kolaborasi Ekologi dan Teknologi untuk Atasi Deforestasi
Oleh M. Naufal Hafizh
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar acara tahunan World Environment Day bertajuk “Accelerating Land Restoration, Drought Resilience and Desertification Progress” melalui Youtube LPPM ITB, Rabu (6/6/2024).
Kegiatan ini dilaksanakan sehari setelah World Environment Day, Selasa (5/6/2024), yang diisi dengan diskusi bersama Dr. Akhmad Riqqi, M.Si. (ITB) dan Dr. Lam Kuok-Choy (Universiti Kebangsaan Malaysia).
Ketua LPPM ITB, Dr. Ir. Yuli Setyo Indartono, S.T., M.T., mengatakan bahwa deforestasi adalah isu kritikal yang menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati dan berkontribusi signifikan terhadap emisi karbondioksida global. “Kita harus melindungi lingkungan, untuk hari ini dan masa depan,” katanya.
Tantangan Indonesia yang memiliki keanekaragaman ecoregion dan sumber daya alam dapat tergerus dengan deforestasi. Oleh karena itu, Indonesia memberlakukan Undang-Undang No. 32 tahun 2009 yang mewajibkan kegiatan identifikasi dan perlindungan ecoregion utama, dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan yang bersangkutan.
Upaya eksplorasi keterbatasan ekologi Indonesia ditujukan untuk mencari solusi berkelanjutan dalam mengelola dan melestarikan lingkungan hidup. Dalam menentukan daya dukung dari ekosistem yang dimiliki Indonesia, dapat digunakan berbagai macam pendekatan, mulai dari perhitungan ecological footprint, menentukan status dari daya dukung air dan makanan, hingga permodelannya dan pemetaannya di seluruh wilayah Indonesia.
“Dengan memahami tujuan dan konteks eksplorasi limit dari batas ekologi, kita dapat lebih mengapresiasi pentingnya mengembangkan pengetahuan tentang ekologi dan ekosistem Indonesia,” ujar Dr. Akhmad Riqqi.
Sementara itu, Dr. Lam Kuok-Choy membahas materi berjudul “Unearthing Environmental Insights: Leveraging Google Earth Engine for Geospatial Analysis of Tropical Deforestation and Forest Degradation”. Beliau mengatakan bahwa manusia dapat memanfaatkan platform komputasi berbasis cloud seperti Google Earth Engine untuk membantu menganalisis bidang luas dari data geospasial yang besar guna memahami manfaat dari lingkungan dan ekosistem.
Harapannya diskusi tersebut dapat membuka wawasan mengenai pemanfaatan alat analisis geospasial untuk membantu para saintis menganalisis perubahan pada permukaan bumi.
Reporter: Najma Shafiya (Teknologi Pascapanen, 2020)