2 Tim Mahasiswa ITB Juarai Lomba Desain Breakwater dalam Gelaran “Dedikasi“ 2016
Oleh Anin Ayu Mahmudah
Editor Anin Ayu Mahmudah
Dedikasi 2016 merupakan kompetisi nasional yang memperlombakan bidang infrasruktur laut berupa lomba desain pemecah gelombang atau breakwater dan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) dengan topik yang bervariasi setiap tahunnya. Di tahun ke- 7 acara ini, Institut Teknologi Bandung telah dua kali berkiprah di dalamnya dan berhasil menyabet gelar juara. Pada tahun ini, ITB diwakili oleh dua tim dari Program Studi Teknik Kelautan. Tim pertama beranggotakan Danang Prasojo, Rabbani Mahatma Bagaskara, Ryan Alvita (Teknik Kelautan 2013) dan tim kedua beranggotakan Munawir Bintang Pratama, Ahmad Zulfadilah (Teknik Kelautan 2012) dan Willy Aprianto (Teknik Kelautan 2014).
Pencapaian dan Pelajaran dari Serangkaian Lomba
Pada gelaran Dedikasi ke- 7, kedua tim ini mampu menjaga eksistensi ITB sebagai ikon kampus teknologi di Indonesia melalui pencapaian yang mereka peroleh. Dari 29 tim yang berasal dari seluruh Indonesia, kedua tim ITB berhasil masuk ke dalam 10 besar tim terbaik yang maju ke tahap berikutnya yaitu presentasi konsep desain yang diselenggarakan di Universitas Hasanuddin serta mengikuti serangkaian kegiatan yang telah disiapkan oleh panitia selama 6 hari lamanya. Serangkaian lomba yang mereka ikuti dimulai dari keberangkatan, karantina prototype breakwater, presentasi konsep desain breakwater, acara seminar dan workshop, serta tour menuju tempat-tempat bersejarah di Tana Toraja bersama dengan peserta lomba lainnya.
Pada pengumuman kejuaraan, keduanya berhasil memperoleh kemenangan yaitu juara 2 desain breakwater untuk tim Munawir, Ahmad dan Willy serta juara 3 desain breakwater untuk tim Danang, Rabbani dan Ryan. Di samping kemenangan yang berhasil diraih, mereka mengaku bahwa ada banyak hal lain yang mereka dapatkan ketika mengikuti serangkaian acara yang diselenggarakan. "Kita patut bersyukur ITB memiliki program studi khusus teknik kelautan karena di sana kami mendapati bahwa tidak banyak dari peserta lain yang paham tentang konsep breakwater itu sendiri karena mungkin bidang keilmuan mereka memang tidak membahas mendalam mengenai ini. Meskipun memang penilaian juri lebih berat ke arah wujud desain, bukan konsep pemilihan desain itu sendiri," ujar Danang.
Selain pencapaian yang berhasil diraih, mereka mengaku banyak belajar dari lomba ini salah satunya dalam menjaga sikap sebagai mahasiswa ITB. Image bahwa mahasiswa ITB dikenal sombong ternyata bukan rumor belaka. "Ketika awal-awal kita tiba di sana, kesan temen-temen dari universitas lain itu awalnya segan sama kita, kayak mungkin merasa beda. Kita yang jadi heran "Kenapa gitu?" soalnya sejujurnya kita merasa biasa saja. Mulai dari situ, justru kita yang dari ITB mulai mencoba untuk berbaur, mengakrabkan diri dan bahkan mengakrabkan sesama teman-teman lainnya. Karena pada dasarnya kita tetap tidak boleh merasa sombong hanya karena kita menyandang gelar mahasiswa dari kampus Ganesha," tutur Rabbani menambahkan.
Meskipun acara ini sudah 7 tahun berlangsung, namun sayangnya masih sedikit mahasiswa ITB yang berpartisipasi di dalamnya. Danang sendiri berpesan, "Saya berharap kedepannya akan lebih banyak mahasiswa ITB khususnya mahasiswa teknik kelautan yang berpartisipasi dalam lomba ini karena ini merupakan aplikasi langsung dari ilmu yang telah diajarkan secara detail di dalam kelas."
Di akhir sesi wawancara, mereka banyak menuangkan pesan baik bagi kampus maupuan mahasiswa ITB lainnya. "Kami sempat khawatir akan biaya transportasi yang kami perlukan. Namun akhirnya kami memperoleh dana tersebut sehingga dapat kami gunakan untuk transportasi kami dari Bandung menuju Makassar, tempat lomba dilaksanakan. Harapan kami, supaya lebih banyak lagi mahasiswa ITB yang sadar bahwa tidak ada yang perlu disombongkan hanya karena kita menjadi mahasiswa kampus gajah, karena pada kenyataannya kita harus dan terus akan sama-sama belajar," tutup Danang.