Tim BioRaLing ITB Bangun Akses Sanitasi Aman dan Pengadaan MCK dengan Fasilitas Pengolahan Limbah Domestik

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id–Mahasiswa Institut Teknologi Bandung saat ini tengah banyak melakukan pengabdian masyarakat. Kali ini, tim mahasiswa dengan nama BioRaLing menjalankan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan akses sanitasi aman melalui penyediaan MCK yang dilengkapi dengan fasilitas pengolahan air limbah domestik.

Program Pengmas ITB kategori perorangan ini diberi nama BioRaLing (Biofilter Ramah Lingkungan) yang diselenggarakan di Dusun Cigula, Desa Padakembang, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat dari 15 April s.d. 28 Juni 2022. Tim ini terdiri atas M. Rafly Sarully Hidayat (IL’19), Sanifa Fatma Putri (IL’18), Yusron Abdussalam (IL’18), dan Agus Sina Fikri Pasaribu (IL’18).

Sanitasi dan air minum aman merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Sanitasi layak menjelaskan bahwa toilet harus memiliki sistem pengolahan. Sedangkan sanitasi aman menjelaskan, selain toilet harus memiliki sistem pengolahan juga harus disedot lumpur tinjanya. Sanitasi yang buruk sangat berdampak terhadap kesehatan dan kelestarian lingkungan. Sebanyak 7,1% kematian di Indonesia diakibatkan air, sanitasi, dan kebersihan yang buruk (Bappenas, 2020).

Permukiman kumuh bantaran sungai dengan kondisi ekonomi masyarakat menengah ke bawah merupakan daerah yang sangat rentan untuk dapat memenuhi akses sanitasinya. “Hal ini termasuk mitra kami di RW 03 Dusun Cigula, Desa Padakembang, Kabupaten Tasikmalaya. Praktik BABS (Buang Air Besar Sembarangan) pada mitra masih sangat tinggi karena toilet pribadi maupun MCK (toilet umum) pada mitra belum memiliki teknologi pengolahan air limbah,” jelas Rafly ketua tim tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan upaya untuk menuntaskan permasalahan tersebut.

Kegiatan dimulai dengan identifikasi dan analisis permasalahan sanitasi, lalu dilakukan perencanaan solusi, kemudian dilakukan diskusi terkait alternatif solusi kepada stakeholders, melakukan analisis guna mengetahui titik terbesar pencemaran sungai oleh tinja manusia.

Tidak berhenti di situ, tim juga melakukan pemberdayaan masyarakat dalam bentuk pembuatan kompartemen BioRaLing, pembuatan MCK dan konstruksi BioRaLing, mengadakan forum multi stakeholders, dan pembersihan sungai.

“Setelah itu kita juga mengupayakan pelaksanaan program lanjutan yang dirumuskan masyarakat, lalu uji dan analisis baku mutu air limbah domestik, seminar, analisis kondisi pascaprogram, dan terakhir yaitu analisis data hingga penyusunan modul teknis alat serta modul sosialiasi,” jelas Rafly.

Dalam kegiatan ini, masyarakat berperan aktif dalam pembuatan BioRaLing dan konstruksi MCK. Para warga juga ikut serta dalam membersihkan sungai dan antusias mengikuti rangkaian sosialiasi dan pemicuan. “Antusiasme warga sangat tinggi sehingga kegiatan dilaksanakan dengan bergotong royong selama proses konstruksi MCK dan alat BioRaLing,” ujar Rafly. Jumlah peserta yang hadir bahkan mencapai 110 orang.

Selama pelaksaan kegiatan, ada beberapa kendala yang dihadapi tim seperti paradigma masyarakat terkait BABS bukanlah masalah hingga ketakutan masyarakat akan lokasi MCK yang bersebelahan dengan kuburan. Meskipun begitu, program ini berhasil terlaksana dengan lancar. Tim BioRaLing mengucapkan banyak sekali terima kasih ke beberapa pihak seperti KMIL ITB, Pemerintah Desa Padakembang, Puskesmas Cisaruni, Pondok Pesantren Al-Barokah, dan Masyarakat Dusun Cigula.

Melalui kegiatan ini, tim berharap masyarakat dapat mendapatkan akses sanitasi yang layak dan tidak melakukan praktik BABS. “Fasilitas yang dibangun juga dapat bermanfaat dan berkontribusi menurunkan angka pencemaran sungai oleh tinja,” ujar Rafly. Selain itu, masyarakat Dusun Cigula diharapkan menjadi contoh bagi dusun lainnya dalam hal pengelolaan sanitasi.

Reporter: Kevin Agriva Ginting, GD’20

Foto: Dok. Tim BioRaLing