2030, Target Indonesia Masuk 10 Besar Kekuatan Ekonomi Dunia

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

*Foto: Dok. Humas ITB


BANDUNG, itb.ac.id – Kepala Bidang Pengkajian Penerapan Teknologi Industri pada Kementerian Perindustrian Indonesia, Bambang Riznanto, ST.MT., menjadi pembicara dalam Studium Generale KU-4078 di Aula Barat Kampus ITB, Jalan Ganesha No. 10 Bandung, Sabtu (24/11/2018). Topik kuliah kali ini yaitu “Making Indonesia 4.0” yang sejalan dengan visi Kemenperin dalam membangun Indonesia dengan target realisasi 2030. Pemilihan topik ini dirasa sangat tepat karena Indonesia akan segera mengalami kenaikan bonus demografi.


Bambang, yang juga alumni magister Teknik Industri ITB ini, membuka kuliah umum dengan memutar video program Kemenperin, disusul oleh dua video yang menunjukkan betapa menakjubkannya teknologi 3D-Printer dalam menyelesaikan masalah produksi dengan murah dan mudah. ”Saya sengaja menampilkan video ini diawal supaya kita sefrekuensi, ini adalah hal menakjubkan dan Indonesia butuh ini,” ucapnya.

Dia menjelaskan, mimpi yang dibawakan oleh Kemenperin Indonesia sekarang sebenarnya adalah menjadikan Indonesia sebagai salah satu 10 besar kekuatan ekonomi dunia pada 2030. Hal ini diyakini bisa dicapai dengan menaikkan nilai ekspor netto sampai 10%, melipatgandakan produktivitas, dan mengalokasikan anggaran sebesar 2% dari PDB nasional untuk pengembangan dan riset industri. 

Selain itu, pemerintah melalui Kemenperin juga telah menetapkan 5 industri pokok di Indonesia, yaitu makanan dan minuman, tekstil, otomotif,  elektronik, dan kimia. Harapannya dengan adanya implementasi industri 4.0 yang difokuskan pada 5 pokok industri tersebut, maka cita-cita Indonesia juga bisa tercapai.

Lalu, implementasi 4.0 seperti apa yang dimaksud oleh Kemeperin? Bambang menekankan pada satu ide, yaitu konektivitas. Ia membeberkan banyak contoh usaha luar jaringan yang mati karena gagal bersaing dengan bisnis dalam jaringan yang mudah diakses dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat. “Anak muda itu harusnya udah paham programming sama internet-lah, baru bisa bersaing,” tegasnya. 

Kemenperin sendiri juga menyiapkan beberapa program, seperti pabrik percontohan, program pelatihan bagi calon pemimpin perusahaan yang menggunakan basis 4.0 seperti analisis data besar dan internet of things, sampai menyediakan ruang inkubasi karya seperti Bandung Techno Park dan Tohpati Center. 

*Foto: Dok. Humas ITB

Pemerintah secara keseluruhan pun akan ambil bagian dalam “proyek” Indonesia 4.0 ini. Pemerintah akan mengusahakan alur aliran  barang material yang baik, merancang ulang zona industri, memebrdayakan UKM dengan teknologi, memperbaiki kurikulum pendidikan dasar sampai perguruan tinggi, memberikan insentif bagi perusahaan yang menerapkan industri 4.0, sampai kebijakan dan regulasi yang akan membantu konsistensi mimpi ini. Dengan program-program ini, pemerintah mengharapkan munculnya proses bisnis yang transparan, pasar baru tercipta, dan berkurangnya biaya produksi. “Tentu saja ini juga akan menarik minat investor asing untuk menanam modal di negeri kita,” tambahnya.

Sebelum kuliah umum tersebut ditutup, sesi tanya jawab berlangsung dengan menarik. Bambang mendapatkan banyak pertanyaan yang berkaitan soal akan berkurangnya tenaga kerja bagi mereka yang kurang berpendidikan. ”Saya harus mengingatkan sekali lagi, kemajauan harusnya bukan ditakuti karena berkurangnya pekerjaan, pekerjaan baru malah akan bertambah juga. Justru, yang benar itu, karyawan-karyawan melakukan perjuangan minta di-upgrade sama perusahaan, bukan malah menolak perubahan,” jelas Bambang. Ia juga berpesan kepada mahasiswa ITB untuk selalu belajar dan mengajarkan ilmunya ke sekitar.

Reporter: Ferio Brahmana