268 Mahasiswa Ikuti Pelatihan bagi Trainer CDT

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Sebanyak 268 mahasiswa mengikuti Training for Trainer (TFT) via zoom meetings pada Sabtu (15/07/2023). Acara ini digelar untuk memberikan pelatihan sekaligus mempersiapkan trainer agar mampu menyampaikan materi dengan baik kepada mahasiswa baru ketika pelaksanaan Character Development Training (CDT) nanti.

Direktur Kemahasiswaan ITB, Dr. G. Prasetyo Adhitama S. Sn., M.Sn., turut hadir memberikan sambutan. Beliau berpesan kepada trainer bahwa mereka akan terlibat dalam proses pembelajaran di ITB. CDT menjadi titik awal bagi mahasiswa baru untuk membangun soft skill dan mengembangkan karakter.

“Kita berharap Anda semua dapat melaksanakannya dengan sungguh-sungguh dan akhirnya rencana-rencana dan cita-cita kita bersama sesuai dengan tujuan pendidikan ITB bisa tercapai,” pungkasnya.

Terdapat 8 sesi materi pada pelatihan kali ini di mana setiap akhir sesi diberikan kuis bagi trainer. 3 pembicara dari Tim Psikolog ITB dengan spesialisasi Kehidupan Kampus, Klinis, Asesor, Minat & Bakat dihadirkan sekaligus.

Herdiana Muktiani S.Psi., M.Psi., membuka sesi awal dengan pemberian materi tentang Konsep Adaptif dan Collage Adjustment, Personal Emotional Adjustment, dan Ways of Copying. Adaptif merupakan tahapan awal perkuliahan yang perlu diselesaikan sebelum ke tahap eksplorasi dan pengembangan diri. Banyaknya aspek kehidupan yang berubah ketika menjadi mahasiswa memerlukan adanya penyesuaian diri atau College Adjustment. Salah satunya, Personal Emotional Adjustment, berkaitan dengan kemampuan menghadapi permasalahan sehari-hari secara emotional.

Ways of Coping merupakan strategi dalam menghadapi masalah. Terdapat 2 pendekatan yang berbeda yakni, problem focus coping yang berfokus pada pengaruh dari luar dan emotion focus coping yang menuntut pengendalian emosi negatif dalam diri. “Dalam menghadapi tuntutan, seseorang dapat menggunakan beberapa jenis coping, tergantung karakteristiknya”, pungkasnya.

Sesi berikutnya diisi oleh Yusi Prasiwi S.Psi., M.Psi., untuk mengupas tuntas Social Adjustment. Faktor tuntutan pendidikan yang lebih baik, berpisah dari keluarga, lingkungan sosial yang tidak familiar, dan kurangnya persiapan dapat menyebabkan stres pada mahasiswa dan menjadi social anxiety jika terus berlanjut. Oleh karena itu, mahasiswa dituntut untuk bereaksi secara efektif dan wajar terhadap realita, situasi, dan hubungan sosial sehingga tuntunan hidup bermasyarakat terpenuhi dengan cara yang dapat diterima dan memuaskan.

“Ketika mahasiswa dapat membangun interaksi sosial berkelanjutan yang menciptakan hubungan sosial yang positif, seiring berjalannya waktu mahasiswa dapat mendapatkan bantuan sosial,” ujarnya.


Yaslina An'amta S.Psi., M.Psi., menutup 3 sesi terakhir dengan materi Konsep Academic Adjustment “SMART Goals” dan “Manajemen Waktu” serta Konsep Grit dan Konsep Institutional Adjustment. Ketika membahas tentang Academic Adjustment terdapat perbedaan belajar di ITB dengan SMA.

Tujuan menjadi hal yang penting dalam memenuhi tuntutan sosial. Konsep SMART Goals mengajarkan bahwa suatu tujuan harus spesific, measureable, achievable, relevant, dan time based. Dalam belajar, seseorang juga harus memiliki keyakinan bahwa ia dapat menguasai situasi dan memproduksi hal yang penting. Karenanya, manajemen waktu harus dikuasai.

Lebih lanjut, ketika ada keluhan dan kendala, mahasiswa harus tetap gigih untuk mencapai tujuan dan adanya GRIT membuat seseorang menggeluti suatu bidang yang diminati sehingga ia setia dan bertahan di bidang tersebut. Terakhir, mahasiswa harus berkomitmen untuk memenuhi tujuan institusi pendidikan, mengembangkan kelekatan emosional dengan komunitas kampus, dan kualitas hubungan yang dimiliki dengan institusi pendidikan.

Ke depannya, trainer akan diberikan pembekalan lebih lanjut pada TFT 2 dan 3 yang akan dilaksanakan pada 7-8 Agustus 2023.

Reporter: Muh. Umar Thoriq (Teknik Pangan, 2019)

Foto: Muh. Umar Thoriq