Ahli Fisika Bangunan Akustik, Prof. R. M. Soegijanto: Menekuni Jejak Guru

Oleh asni jatiningasih

Editor asni jatiningasih

Mendengar kata “akustik”, sudah tentu pikiran kita tertuju pada genre musik yang, rada-rada klasik bernilai seni tinggi dan mengundang fantasi. Akrab dan bersahabat di telinga. Tapi, tentu saja, karya seni itu bukan sebatas musik saja, model konstruksi bangunan pun sangat membutuhkan sentuhan seni. Hanya saja, paduan ilmu lain, fisika misalnya. Maka, jadilah “fisika bangunan akustik”. Bidang inilah yang ditekuni salah seorang profesor senior di ITB, Prof.Dr.Ir.R.M.Soegijanto. “Saya menekuni bidang fisika bangunan akustik sejak tahun 60-an...,” ujar Soegijanto kepada itb.ac.id di kantonya. Karena serius menekuni Fisika Bangunan Akustik, maka tak heran jika sang profesor karirnya melesat. Berbagai penelitian tentang akustik desain ruangan, lingkungan thermal dan visual, juga sistem bunyi telah banyak dilakukannya. Diakui dunia Internasional Prof. Soegijanto masuk ITB - waktu itu masih bernama Fakultas Teknik Universitas Indonesia- tahun 1956 jurusan Teknik Fisika. Setelah lulus, melanjutkan ke Purdue University, USA, jurusan teknik fisika dan listrik (setahun) dan University of New South Wales, Australia, bidang Fisika Bangunan (setahun).Meraih gelar doktor dari ITB bidang fisika bangunan. Keahliannya diakui dunia Internasional, Universitas Teknologi Malaysia, misalnya, pernah meminta dirinya sebagai pemeriksa theses program Ph.D dan master. Pernah juga diminta me-review tulisan yang masuk ke Journal Acoustical Society of America,atas permintaan Dr.Mendel Kleiner dari Chalmers University of Technology,Swedia. Pria ramah dan apik ketika bicara ini, lahir tahun 1938, mengaku memilih bidang tersebut karena banyak aplikasi langsung yang bisa diterapkan di masyarakat. Salah satu wujud nyata, ia konsultan akustik desain bangunan Usmar Ismail Hall, Jakarta, yang diresmikan Juni 2006. Keunikan bangunan ini dilihat dari multifungsinya, yaitu dapat digunakan untuk konser dan bioskop. “Padahal itu merupakan dua hal yang memerlukan kondisi akustik yang berlainan,” katanya. Keunikan lainnya konser tidak perlu menggunakan pengeras suara, suara musik dan penyanyi dapat didengar dengan jelas tanpa penguatan elektronik.Musik klasik yang yang kadang menampilkan suara lemah sekali, bahkan, masih dapat terdengar dengan jelas. Orkestra twilight pimpinan Ade MS yang tampil pada acara peresmian gedung cukup puas dengan bangunan berkapasitas 500 orang itu. Menekuni jejak guru Di usianya yang sudah 69, penggemar travelling ini masih terlihat sehat dan energetik. Profesor dari ITB ini masih membimbing mahasiswa S1,S2,S3 tingkat akhir, ia tetap menjalankan Tridharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan,penelitian, dan pengabdian masyarakat. Bekerja dengan sebaik-baiknya, tetap membantu masyarakat sesuai dengan keahliannya,dan mendorong yang muda untuk bisa meneruskan apa yang telah dirintis oleh yang tua adalah hal yang akan terus dijalankan. Ia ingin meneruskan apa yang telah dilakukan Prof.Ir.M.U.Adhiwijogo (Alm.), pendiri Teknik Fisika ITB yang juga dosen pembimbingnya, dalam hal pengabdian, penelitian dan pendidikan. “Beliau sebagai seorang pendidik, berdedikasi tinggi, ramah pada setiap orang, menghargai orang lain, dan membimbing terhadap yang muda,” kesannya.