Ahli Geologi Inggris Robert Hall: Zona Subduksi di Indonesia Timur Memiliki Keunikan untuk Diteliti

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id – Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki bentang alam yang selalu menarik untuk dibahas. Tidak terhitung jumlah penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti baik dari dalam maupun luar negeri mengenai alam dan geografi Indonesia. Salah satu peneliti yang aktif melakukan riset di Indonesia ialah Prof. Rober t Hall dari Royal Holloway University of London. 


Pada Rabu (30/1/2019) Robert Hall berkesempatan mengisi Studium Generale yang dilaksanakan oleh Program Studi Teknik Geologi ITB. Ia membawakan materi dengan judul “Eastern Indonesia: The Beginning and End of Subduction” di Aula Timur ITB, Jalan Ganesha No.10. 

Robert Hall merupakan seorang adjunct professor program studi Teknik Geologi ITB yang aktif melakukan penelitian dengan 241 publikasi pada jurnal bereputasi. Dengan studi kasus Sulawesi dan Kepulauan Banda, Hall memaparkan hasil penelitiannya terkait peristiwa subduksi yang merupakan saat di mana lempeng samudera menujam ke arah lempeng benua dan menyebabkan gempa tektonik. Data-data yang digunakan dalam penelitiannya bersumber dari GPS, SRTM dan citra satelit, Offshore seismic and multibeam bathymetry, New high precision radiometric dating on land, Seismic topography, serta observasi lapangan.

Penelitiannya dilatarbelakangi oleh sejumlah kontroversi di antara para ahli mengenai awal mula terjadinya subduksi. Berdasarkan hasil observasi selama 15 tahun, Hall menentang sejumlah aspek pada interpretasi sebelumnya. Menurut Gerry (2010) setidaknya terdapat 14 hipotesis yang menjelaskan mengenai peristiwa tersebut. Adapun berdasarkan tinjauan literatur, beberapa anggapan mengenai awal mula terjadinya subduksi yaitu sulitnya menginisiasi zona subduksi baru, inisiasi subduksi tidak bisa diketahui, C 50 Ma Pasifik Barat secara umum diidentifikasi sebagai tempat terbaik untuk menjelaskan model subduksi. Kesulitan dalam mengobservasi inisiasi subduksi menjadi tantangan tersendiri bagi para ahli geologi untuk mendeteksi terjadinya gempa bumi. 

Dalam penelitiannya, Robert Hall menilai bahwa untuk mendeteksi terjadinya subduksi dapat dilihat dari zona subduksi muda atau yang baru terbentuk seperti wilayah Indonesia Timur. Hall melihat bahwa wilayah Indonesia Timur memiliki karakteristik yang unik dan signifikan dalam pengembangan penelitian ini. Ketersediaan data beresolusi tinggi yang baru, akan membantu mengatasi kontroversi mengenaik peristiwa tektonik seperti subduksi. Integrasi antara studi daerah lepas pantai dan daratan menyanggah interpretasi hasil studi sebelumnya. Perubahan subduksi yang cepat dan aktif juga mendorong Hall meneliti kawasan bawah laut wilayah Indonesia Timur. 

“Kami dapat mengobservasi awal mula dan akhir terjadinya subduksi di wilayah yang unik ini yang tidak dapat dilakukan di mana pun di Bumi,” ujar Hall terkait pentingnya peran Indonesia Timur. 

Karakteristik alam dan geografis Indonesia memang menyebabkan Indonesia rawan bencana alam. Sejumlah bencana alam dahsyat pernah terjadi di Indonesia salah satunya Erupsi Gunung Tambora pada tahun 1815 yang menyebabkan sekitar puluhan ribu jiwa meninggal dunia. Peristiwa Tsunami besar di Aceh tahun 2004 menjadi salah satu titik balik kebencanaan di Indonesia di mana sejak saat itu masyarakat dinilai lebih paham dan peduli terhadap resiko bencana.  Menurut Hall, seorang geolog dapat berkontribusi besar mengurangi resiko bencana dengan bekal pengetahuan dan kapasitasnya dalam memberi peringatan dan pemahaman terkait potensi bencana  di berbagai daerah di Indonesia.

Kuliah umum yang berlangsung selama dua jam ini dihadiri sekitar 200 mahasiswa dan staf dosen Teknik Geologi ITB. Turut hadir dalam kuliah umum ini Dekan FITB-ITB yang sekaligus menjadi pemandu acara, Ir. Benyamin Sapiie, Ph.D. Kuliah diakhiri dengan sesi tanya jawab yang diikuti oleh para peserta dengan antusias. Sebagian besar menyatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan oleh Robert Hall memberi wawasan baru dan pengetahuan terkait subduksi dan serangkaian peristiwa geologis lain yang menyertainya.

Reporter: Nabila Nurul Maghfirah