Air Bersih untuk Santri: Mahasiswa ITB Bangun Infrastruktur Sanitasi di Ponpes Miftahul Quran, Bandung
Oleh Mufti Ali Farkhan - Mahasiswa Oseanografi, 2021
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

BANDUNG, itb.ac.id – Sebagai upaya dalam mendorong pemerataan akses air bersih dan mendukung kegiatan pendidikan berbasis pesantren, Badan Semi Otonom (BSO) ENVRZ! Keluarga Mahasiswa Infrastruktur Lingkungan ITB melaksanakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (Pengmas) “Pembangunan Infrastruktur Penyediaan Air Bersih di Pondok Pesantren Miftahul Quran”. Kegiatan ini dilaksanakan pada 3–25 Mei 2025 di Desa Warjabakti, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung.
Dipilihnya Pondok Pesantren Miftahul Quran sebagai lokasi kegiatan didasarkan pada urgensi kebutuhan air bersih yang menjadi penunjang utama kegiatan harian para santri, serta adanya sumber mata air yang belum termanfaatkan akibat keterbatasan dana pembangunan infrastruktur.
Ketua Tim Pelaksana, Raihan Aqeel Keanu Azra (Rekaya Infrastruktur Lingkungan, 2022), menjelaskan bahwa kegiatan ini dilatarbelakangi oleh keterbatasan akses air bersih di Pondok Pesantren Miftahul Quran yang baru didirikan pada tahun 2023 dan saat ini menampung sekitar 70 santri. “Meskipun sudah memiliki satu sumber mata air, keterbatasan dana membuat ponpes belum mampu memanfaatkannya secara optimal sehingga selama ini mengandalkan air sungai dengan pompa listrik,” ujar Raihan.
Melihat permasalahan tersebut, BSO ENVRZ! KMIL ITB bekerja sama dengan Direktorat Kemahasiswaan ITB (Ditmawa ITB) sebagai sponsor utama, serta melibatkan pengurus pondok dan perangkat desa dalam pembangunan infrastruktur distribusi air bersih. Proyek ini bertujuan menjamin ketersediaan air bersih yang memenuhi aspek kuantitas, kualitas, kontinuitas, serta keberlanjutan, tanpa mengesampingkan upaya konservasi sumber mata air.
Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan dalam tiga tahap utama. Tahap pertama adalah Perencanaan dan Survei yang dilakukan pada tanggal 3–4 Mei, meliputi Focus Group Discussion (FGD) dengan para pemangku kepentingan serta survei bahan bangunan yang dibutuhkan.
Tahap kedua, yaitu Konstruksi dan Interaksi Sosial, berlangsung pada 10–14 Mei, mencakup pembangunan bak penangkap mata air dan instalasi jaringan pipa distribusi menggunakan pipa HDPE. Pada tahap ini juga dilakukan pemasangan dua tangki penampung air berkapasitas 2.000 liter dan 1.000 liter. Selain kegiatan konstruksi, tim turut mengadakan sesi belajar dan bermain bersama para santri sebagai bentuk interaksi sosial.
Tahap ketiga adalah Peresmian dan Sosialisasi yang dilaksanakan pada 25 Mei, ditandai dengan penutupan kegiatan serta edukasi kepada warga mengenai pentingnya konservasi mata air dan perawatan sistem distribusi air yang telah dibangun.
Raihan menjelaskan, sistem distribusi yang dibangun memungkinkan air dari mata air langsung mengalir ke keran-keran di masjid, asrama, aula, dan rumah pengurus ponpes. “Harapannya sistem ini tidak hanya memenuhi kebutuhan internal pondok, tapi juga bisa dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar di masa depan,” ujarnya.
Kegiatan ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat. “Antusiasme warga sangat tinggi, banyak yang turut membantu proses pembangunan meskipun mereka bukan tukang yang disewa,” ujar Raihan. Pengurus pesantren, ketua RT, RW, dan kepala desa juga aktif terlibat dalam seluruh rangkaian kegiatan.
Lebih dari sekadar pembangunan fisik, kegiatan ini juga membuka peluang pengembangan wilayah secara berkelanjutan. “Kami berharap, melalui kegiatan ini, potensi sumber daya alam di Desa Warjabakti bisa lebih dikenal oleh sivitas akademika ITB dan menjadi perhatian untuk pengembangan ke depan,” kata Raihan.
Reporter: Mufti Ali Farkhan (Oseanografi, 2021)