Aksi Solidaritas Busung Lapar dan Gizi Buruk oleh KM-ITB
Oleh
Editor
Senin, 13 Juni, puluhan mahasiswa ITB yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa ITB mengadakan aksi keprihatinan terhadap kasus busung lapar di Indonesia. Dalam aksi keprihatinan itu, mahasiswa menuntut agar pemerintah pusat
maupun Pemerintah Provinsi Jawa Barat bertindak sesegera mungkin dalam menangani
penyakit busung lapar. Mahasiswa yang berunjuk rasa berjumlah sekitar 50 orang dan
mengenakan jaket almamater ITB.
Aksi diawali dengan orasi di gerbang Ganesha kampus ITB sekitar jam 1 siang. Kegiatan yang berlangsung kurang lebih setengah jam ini sempat menarik perhatian banyak orang yang melintasi jalan Ganesha dan keluar masuk kampus.
Selanjutnya para mahasiswa tersebut melakukan long march menuju jalan Juanda dan berakhir di Bandung Indah Plaza. Selain berorasi, para mahasiswa juga melengkapi barisan dengan poster-poster yang mengajak untuk turut prihatin dan menggambarkan paradoks terhadap kondisi bangsa saat ini.
Presiden Keluarga Mahasiswa ITB Syaiful Anam menjelaskan kondisi paradoks yang terjadi tersebut sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Kemiskinan dan kekurangan pangan meningkat di saat pertumbuhan ekonomi karena
faktor konsumsi juga meningkat. Buruknya kondisi akibat kekeringan tidak membuat
permintaan mobil mewah menurun. Menurunnya daya beli masyarakat akibat bahan pokok
yang mahal juga tidak mengurangi kuantitas pembangunan mal, demikian kutipan dari mahasiswa EL 01 tersebut.
Dalam aksi tersebut, Keluarga Mahasiswa ITB menyatakan sikap untuk mengajak seluruh
lapisan masyarakat mengambil bagian dalam penanganan busung lapar dan gizi buruk.
Selain itu, mereka meminta pemerintah pusat dan daerah untuk memprioritaskan
penanganan bencana tersebut.
Pemerintah juga diminta untuk tidak mengeluarkan kebijakan-kebijakan kontroversial
yang dapat memperparah keadaan ekonomi masyarakat. "Kepada lembaga eksekutif dan
legislatif pusat serta daerah, kami menuntut pengambilan tindakan konkret dalam
penanganan busung lapar dan gizi buruk," tutur Syaiful.
Gizi buruk serta penyakit busung lapar akibat kelaparan di Nusa Tenggara Timur sudah
menyerang lebih dari 66.000 anak balita. Di Jawa Barat, sekitar 107.500 anak balita
mengalami gizi buruk.
Dikesempatan berbeda, Andro, menteri Pengabdian Masyarakat KM-ITB memberikan keterangan bahwa aksi keprihatinan dan solidaritas tersebut akan berlangsung selama 1 bulan. Aksi Solidaritas ini mengambil fokus pada ajakan ikut peduli bagi pemerintah (dan masyarakat) agar serius menangani kasus ini dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan konkrit. Hal tersebut dapat direalisasikan dengan membentuk badan-badan khusus yang mengurusi setiap permasalahan tersebut. Untuk mekanismenya akan terus dibahas.
Selain itu Andro juga menceritakan rencana lainnya berkenaan dengan hal ini. Akan ada penggalangan dana pada saat SPMB berlangsung sekaligus menjadi penutup aksi solidaritas ini.