Pentingnya Pengetahuan Gizi bagi Masyarakat: "Jangan Jadi Tong Sampah!"

Oleh prita

Editor prita

BANDUNG, itb.ac.id- Tingginya kasus malnutrisi di Indonesia menunjukkan masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat mengenai gizi. Umumnya, masyarakat mengkonsumsi makanan yang tidak memiliki asupan gizi seimbang. Permasalahan gizi dan kesehatan dalam ranah kehidupan masyarakat di Indonesia cenderung begitu kompleks. Urgensi pengetahuan gizi bagi masyarakat luas dan kasus gizi buruk di Indonesia perlu mendapat perhatian bersama.


Setiap hari manusia membutuhkan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral serta serat sesuai angka kebutuhan gizi yang disarankan. Namun, nyatanya masih banyak masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi makanan tidak berdasarkan pada kebutuhan gizi. Kandungan gizi tidak diperhatikan sehingga makanan yang masuk ke dalam tubuh hanya akan menjadi sampah dan tidak menyehatkan.

Zat gizi berlebih menjadi racun tubuh

Dalam seminar gizi dan kesehatan bagi masyarakat yang diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Islam (Gamais) ITB, dr. Tauhid Nur Azhar mengatakan bahwa pengetahuan untuk memilih makanan yang patut dikonsumsi atau tidak perlu dimiliki oleh setiap individu. " Mengkonsumsi makanan dengan kandungan gizi yang tidak tepat hanya akan menjadi bom waktu bagi seseorang," papar beliau.

Seandainya seorang manusia mengkonsumsi lemak secara berlebih, cepat atau lambat kandungan lemak dalam tubuhnya akan menghambat fungsi organ yang sangat vital yaitu jantung. Selain itu dapat pula mengurangi aktivitas imunitas yang dimiliki tubuh.

Penulis buku "Jangan Pergi ke Dokter Lagi" ini menambahkan dampak lain jika mengkonsumsi zat gizi berlebih. Selain lemak, kadar vitamin A yang tinggi di dalam tubuh manusia juga bersifat karsinogen. Untuk beberapa kasus, tubuh manusia memang memerlukan tambahan vitamin A, tetapi konsumsi vitamin A yang tidak tepat justru bisa menjadi racun bagi tubuh. " Melihat fenomena ini, urgensi pengetahuan dan pengarahan mengenai gizi dan kesehatan berada pada posisi nomor satu untuk setiap lapisan masyarakat," tegas beliau.

Remaja dan malnutrisi

Dr. Nur fatimah kemudian berbagi mengenai bagaimana gizi yang baik untuk hidup sehat. Dr. Nur Fatimah memaparkan kebutuhan gizi bagi bayi hingga manula. Menurut beliau kebutuhan gizi seseorang harus disesuaikan dengan usianya. " Khusus untuk remaja, kebutuhan gizi harus disuplai secara maksimal karena pada saat ini masih banyak dijumpai malnutrisi yang ringan tapi kronis pada remaja," ungkap beliau.

Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa malnutrisi yang dialami oleh seorang remaja bisa disebabkan  karena pola makan yang tidak sehat dan teratur. Pada usia remaja, khususnya remaja putri, banyak yang terobsesi untuk menjadi langsing karena paradigma langsing itu cantik. Tidak sedikit yang melakukan diet ketat, tetapi tidak menomorsatukan kesehatan mereka.

Mengontrol berat badan penting dilakukan untuk menjaga kesehatan, namun lebih baik jika dilakukan dengan cara yang sehat. Tidak mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak, seperti milkshake  - karena kalori yang terkandung dalam satu gelas milkshake baru akan hilang setelah berjalan kaki sejauh tiga kilometer, misalnya. Sangat dianjurkan pula untuk berolahraga setiap hari selama 20 hingga 45 menit secara teratur agar kebugaran tubuh terjaga.

Satu juta koin

Dalam rangka Hari Gizi Nasional pada 28 Februari, Keluarga Mahasiswa Islam (Gamais) ITB mengadakan rangkaian acara Nutritia flava (1-7/03/10) yang terdiri dari pengumpulan koin bagi penderita gizi buruk serta seminar gizi dan kesehatan bagi masyarakat. Pembicara yang hadir pada seminar gizi kali ini adalah dr. Nur Fatimah, M. S,Sp.Gk dan dr. Tauhid Nur Azhar, penulis buku "Jangan Pergi ke Dokter Lagi". Para peserta seminar juga difasilitasi dengan berbagai macam pelayanan kesehatan yang terselenggara berkat kerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Pelayanan tersebut antara lain pengecekan indeks massa tubuh (IMT), tekanan darah, dan konsultasi medis.

Koin yang telah dikumpulkan selama satu minggu akan disalurkan kepada para penderita gizi buruk di wilayah Bandung dan sekitarnya. "Kegiatan ini diharapkan bisa semakin menambah kepekaan sosial kita dalam kehidupan agar selalu mau berbagi. Dan semoga bisa memotivasi kita untuk menerapkan pola hidup sehat," ungkap Rd. Adjie Wicaksana (Teknik Industri'07), ketua Gamais ITB saat ini.

[Hastri Royyani]