Aksi Keprihatinan Mahasiswa: Lepas Balon

Oleh Krisna Murti

Editor Krisna Murti

Bandung, itb.ac.id - Selasa sore kemarin (27/6) tampak sejumlah mahasiswa bergerombol di depan gerbang utama kampus ITB. Dipimpin oleh Presiden Kabinet Keluarga Mahasiswa ITB, Zulkaida, mereka bersiap-siap menuju Plaza Widya untuk mengutarakan keprihatinan mereka terhadap beberapa kebijakan kampus. Keprihatinan ini disimbolkan dengan menggantungkan surat-surat keprihatinan mereka pada serangkaian balon gas helium untuk kemudian dilepaskan di Plaza Widya. Pukul 17.00 para mahasiswa yang berjumlah sekitar 50-an orang ini berjalan menuju Tugu Soekarno. Beberapa mahasiswa termasuk Izul, panggilan akrab Presiden Kabinet KM, memberikan orasi singkat; dilanjutkan dengan pembacaan surat-surat keprihatinan mahasiswa kepada pihak rektorat. Selanjutnya para mahasiswa berkumpul disekitar kolam "Indonesia Tenggelam" dan melepas balon tersebut sambil menyanyikan lagu "Mentari". Menurut Shana, Menteri Komunikasi dan Informasi Kabinet KM, aksi ini semata-mata hanya aksi damai untuk menunjukkan keprihatinan mahasiswa terhadap kebijakan Rektorat ITB yang mempersempih ruang gerak mahasiswa. "Tapi utamanya bukan itu," kata Shana, "Kami berharap, sampai pada tahap tertentu, pihak rektorat melibatkan kami (mahasiswa, -red) dalam pengambilan keputusan. Paling tidak menampung usulan kami. Atau kami berharap bentuk sosialisasi kebijakan yang lebih mengena." Shana berjanji, Kabinet KM akan membantu sepenuhnya proses sosialisasi tersebut demi tercapainya kesepahaman terhadap kebijakan rektorat pada semua pihak, terutama mahasiswa. "Kami akan rutin mengadakan Kampus Meeting secara rutin. Dan kami berharap Bapak Rektor atau pihak lain dari Rektorat yang berwenang datang dalam acara tersebut, demi sosialisasi yang lebih baik," tuturnya. Aksi ini tidak mengacu pada satu kebijakan tertentu. "ini akumulasi," kata Izul singkat. Ditanya mengenai komentarnya terhadap aksi ini, Izul hanya berkata, "(Rektorat ITB, red) Tolong dengarkan kami. Kami kan anak-anakmu. kalau kami nakal, mohon bimbingannya. Tapi kami rasa larangan bukanlah cara yang tepat untuk membimbing kami." Diakui oleh Shana, bentuk aksi memang sengaja dipilih oleh Kabinet KM agar massa kampus turut peduli dengan keprihatinan ini. Bukan berarti Kabinet hanya mengusahakan komunikasi via aksi fisik semacam ini, Kabinet KM berjanji akan turut mengusahakan diplomasi dengan pihak Rektorat secara langsung. Aksi ini sebenarnya tidak direncanakan jauh-jauh hari. "Teman dari KMSR (Keluarga Mahasiswa Seni Rupa) yang datang pada Rapat Pimpinan (KM -red.) hari Jumat (22/6) lalu mengusulkan aksi ini," tutur Shana, "Setelah didiskusikan, Rapat Pimpinan setuju mengadakan aksi damai tersebut pada Selasa hari ini."