Alumni Teknik Geologi ITB Bagikan Pengalaman Studi Luar Negeri pada GSC Talks #2

Oleh Anggun Nindita

Editor Vera Citra Utami

BANDUNG, itb.ac.id - Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi (HMTG) “GEA” ITB kembali menggelar Geology Student Competition (GSC) Talks, Sabtu (15/6/2024) secara daring melalui platform Zoom.

Pada GSC Talks #2 ini, hadir pembicara inspiratif yang merupakan alumni Teknik Geologi ITB, yakni Cost Engineer, Vincent Setiawan dan Doktor Hydrogeology dari University College London, Arifin. Keduanya menyajikan perspektif yang komprehensif mengenai studi luar negeri dengan fokus pada pengalaman pribadi dan peluang karir.

Vincent, yang meraih gelar Master of Environment and Energy Management di University of Twente, Belanda, berbagi pengalamannya tentang studi di Eropa. Ia menekankan bahwa gelar Master dari luar negeri dapat meningkatkan daya saing di dunia kerja, terutama bagi perusahaan multinasional. Kemampuan berbahasa Inggris menjadi aset penting dalam berkomunikasi dengan rekan kerja dan investor internasional.

Vincent juga berbagi tips penting bagi calon mahasiswa yang ingin belajar di luar negeri, antara lain mulai belajar bahasa Inggris sejak dini. "Semakin cepat Anda menguasai bahasa Inggris, semakin tinggi peluang untuk sukses dalam studi dan karir internasional," ujarnya.

Selain itu, dia juga menekankan pentingnya mempelajari data analytics. Menurutnya data analytics menjadi semakin penting dalam dunia geologi modern. Kemampuan mengolah data menggunakan Python dan GIS sangat dibutuhkan.

Kemudian jangan lupa untuk memanfaatkan kesempatan student exchange. "Pengalaman belajar dan berinteraksi di luar negeri akan memperkuat peluang diterima di universitas luar negeri," paparnya.

Selain itu, hal penting lain yang perlu diperhatikan adalah keaktifan dalam kegiatan pengabdian masyarakat. Lantaran pengalaman dalam kegiatan sosial dan pengabdian masyarakat dapat menjadi nilai tambah dalam aplikasi beasiswa.

"Lalu berjejaring dengan alumni, misalnya memanfaatkan platform LinkedIn untuk terhubung dengan alumni dan mencari mentor yang dapat memberikan bimbingan," tuturnya.

Sementara itu, Arifin, yang saat ini tengah menyelesaikan studi S3 di UCL, menitikberatkan pada pengalamannya dalam mengejar beasiswa LPDP dan menjalani studi di Inggris. Arifin menekankan pentingnya ketekunan dan tidak menyerah meskipun menghadapi penolakan. Ia juga menjelaskan proses seleksi LPDP yang terdiri dari tiga tahap, yakni Seleksi Berkas, Seleksi Skolastik, dan Seleksi Wawancara.

Arifin juga menyoroti manfaat beasiswa LPDP yang mencakup biaya pendidikan, biaya hidup, transportasi, dan asuransi kesehatan. Ia menegaskan bahwa dana yang disediakan oleh LPDP lebih dari cukup untuk menunjang studi di luar negeri.

"Hampir setengah dari alumni LPDP bekerja sebagai akademisi atau peneliti," ujar Arifin.

"LPDP mendorong pengembangan karir di berbagai bidang, termasuk pemerintahan, profesional, dan wirausaha," lanjutnya.

Kedua pembicara menekankan bahwa studi di luar negeri bukan hanya tentang meraih gelar, tetapi juga tentang pengalaman hidup, pengembangan diri, dan peluang untuk membangun masa depan yang lebih cerah.

Mereka pun berpesan bahwa jangan pernah menyerah untuk meraih mimpi, dan teruslah belajar untuk berkembang.

Penulis: Hafsah Restu Nurul Annafi (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2019)