Analisis Aglomerasi Kawasan Braga, 2 Mahasiswa PWK ITB Raih Silver Medal di WSEEC 2024

Oleh Indira Akmalia Hendri - Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021

Editor M. Naufal Hafizh

BANDUNG, itb.ac.id - Dua mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota angkatan 2021 Institut Teknologi Bandung (ITB), Muhammad Farid Rizqi dan Indira Akmalia Hendri meraih prestasi membanggakan pada ajang World Science Environment and Engineering Competition 2024. Mengangkat fenomena aglomerasi yang terjadi pada kawasan kreatif Braga, mereka meraih silver medal pada ajang tersebut.

“Sebagai mahasiswa PWK, kami melihat fenomena aglomerasi pada suatu kawasan komersil dengan berbeda, yaitu dengan beraglomerasi atau berkumpul bersama dengan penjual lainnya, secara tidak sadar para pengunjung tertarik untuk berhenti dan melihat-lihat barang mereka. Itu yang kami pelajari pada salah satu mata kuliah di kelas,” tutur Indira.

Motivasi Tim PWK ITB dalam mengikuti lomba ini karena ingin mengimplementasikan materi yang telah didapatkan selama proses perkuliahan dengan mengkaji kasus yang benar-benar terjadi di sekitar mereka. Farid mengungkapkan, mereka ingin membuktikan apakah teori aglomerasi yang selama ini dipelajari benar-benar terjadi di kehidupan nyata atau tidak.

“Kami tertarik untuk membuktikan apakah teori aglomerasi benar-benar diterapkan dan terbukti dapat menarik lebih banyak pengunjung,” kata Farid.

Proses persiapan lomba dimulai dengan brainstorming ide serta mencari lokasi yang paling baik untuk dijadikan studi kasus. Setelah proses yang cukup rumit, ditetapkanlah kawasan kreatif Braga sebagai wilayah studinya. Selama proses brainstorming tersebut, Tim PWK ITB melakukan banyak diskusi serta menerima banyak masukan dari dosen pembimbing. Langkah selanjutnya yaitu memikirkan metode analisis yang akan digunakan. Ketika semua hal sudah terkumpul, mulai dilakukan penulisan karya tulis.

“Menurut kami, bagian yang paling rumit yaitu ketika menentukan metode analisis yang paling tepat. Di satu sisi, kami mengalami hambatan berupa keterbatasan data, sehingga kami harus menemukan metode analisis yang dapat menutupi keterbatasan tersebut,” kata Farid.

Tim PWK ITB memberikan pesan kepada mahasiswa lain yang akan mengikuti lomba serupa, untuk selalu ingat bahwa kapasitas mahasiswa masih sangat terbatas dan memang sudah tugasnya untuk belajar. Dengan begitu, jangan pernah malu atau selalu merasa “kurang pandai” untuk memulai. Dari hal tersebut, mahasiswa dapat membuka jendela ilmu yang lebih luas, melalui diskusi intens dengan para dosen pembimbing, membaca jurnal-jurnal rujukan, dan dengan mengikuti lomba, mahasiswa dapat melihat sejauh mana pemahaman terhadap topik dan gagasan yang dibawakan.

“Semangat selalu untuk teman-teman yang akan mengikuti lomba, stay curious and never stop asking karena seperti kata orang, malu bertanya sesat di jalan,” kata Indira.

Reporter: Indira Akmalia Hendri (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021)