Belajar Sambil Bertualang: Ekskursi Investigasi Lapangan Geoteknik Teknik Pertambangan ITB
Oleh Muhammad Hanif Darmawan - Mahasiswa Teknik Pertambangan, 2021
Editor M. Naufal Hafizh

BANDUNG, itb.ac.id - Program Studi Teknik Pertambangan Institut Teknologi Bandung (ITB) menyelenggarakan kegiatan ekskursi yang diikuti 6 mahasiswa, Senin (23/12/2024) di berbagai tempat yang tersebar di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Sebagai bagian yang terintegrasi dari mata kuliah Investigasi Lapangan untuk Geoteknik, ekskursi ini dirancang untuk melengkapi pengetahuan teoritis mahasiswa dengan pengalaman praktis. Di bawah bimbingan Dr. Ir. R. Budi Sulistijo, M.App.Sc. dan Dr.Eng. Tomy Alvin Rivai, S.T., M.Eng., mahasiswa diajak menerapkan konsep-konsep geoteknik di lapangan.
Pertama, mahasiswa diajak mengunjungi lokasi bekas longsoran yang pernah terjadi di TPA Leuwigajah pada tahun 2005. Dr. R. Budi Sulistijo menerangkan bahwa terdapat potensi longsoran busur (circular failure). Dilihat dari potensinya, lereng yang terbentuk merupakan dari batuan lepas atau yang terlapukkan atau tanah sehingga terdapat potensi longsoran busur.

Setelah itu, mahasiswa diajak mengunjungi tambang batuan di Padalarang. Dr. R. Budi Sulistijo menerangkan bahwa untuk menganalisis potensi longsoran, dapat dengan memperhatikan jenis material penyusun lereng, arah dip dan dip direction dari material, serta bentuk lereng. Mahasiswa diberikan pengetahuan praktis penggunaan kompas geologi brunton untuk melakukan pengukuran dip-dip direction dari batuan. Beliau menekankan bahwa untuk lereng batuan yang cenderung keras, longsoran yang mungkin terjadi adalah longsoran bidang (plane failure), longsoran baji (wedge failure), dan longsoran guling (toppling failure).

Selanjutnya mahasiswa meninjau kestabilan bawah tanah dengan mengamati terowongan bawah tanah di Terowongan Sasaksaat, Cipatat. Terowongan Sasaksaat sudah dibangun sejak masa Hindia Belanda. Mahasiswa diajak berpikir bagaimana insinyur pada masa itu sudah dapat memikirkan kompleksitas pembuatan terowongan bawah tanah.
Untuk mendukung kestabilan bawah tanah, Dr. Budi Sulistijo menerangkan bahwa harus memikirkan tekanan yang muncul akibat batuan yang ada di sekitarnya, terutama akibat air. Tekanan hidraulik air dapat menekan dinding terowongan sehingga perlu dilakukan penirisan air tanah sebagaimana desain yang ada di Terowongan Sasaksaat. Beliau juga mengingatkan pentingnya pemetaan struktur geologi agar diketahui potensi longsor yang dapat terjadi.

Mahasiswa juga diajak menuju bawah jembatan dari Tol Cipularang. Dr. R. Budi Sulistijo menerangkan pentingnya untuk memahami kondisi kerja dari proyek yang dijalankan. Beliau mengingatkan untuk mengetahui kondisi lampau dari tempat tersebut dan perlunya memperkirakan hal apa yang berpotensi terjadi di masa yang akan mendatang. Beliau mengatakan bahwa terdapat bekas longsoran di masa lampau. Hal itu berpotensi terjadi di masa depan dan harus diantisipasi sebelumnya. Adapun cara agar proyek dapat dilanjutkan tanpa harus takut potensi longsor yakni dengan dipasang alat untuk memantau pergerakan tanah di sekitar jembatan. Alat ini berfungsi sebagai pemonitor untuk mengetahui potensi pergerakan tanah.
Dr. R. Budi Sulistijo kemudian mengajak mahasiswanya mengunjungi objek wisata Gunung Karang. Beliau menunjukkan bukti kelihaian insinyur pada masa itu yang sudah memikirkan potensi longsoran yang terjadi. Gunung Karang didominasi oleh batuan keras yang arah kemenerusannya berlawanan arah lereng sehingga potensi longsoran guling (toppling) dapat saja terjadi. Hal ini sudah diantisipasi dengan pembuatan bund wall di sekitar gunung agar mencegah keparahan longsoran yang terjadi. Bund wall ini juga berfungsi sebagai pelindung rumah warga dari longsoran.
Dr. R. Budi Sulistijo menekankan kepada mahasiswanya agar selalu dapat memahami kondisi lingkungan sekitar proyek sebelum proyek dijalankan. Penting untuk memahami kondisi di masa lampau dan dapat memperkirakan potensi yang dapat terjadi di masa depan agar segala hal dapat diantisipasi.
Salah seorang mahasiswa peserta, M. Anugrah Tri Cahyadi mengaku dia dan teman-temannya antusias mengikuti ekskursi karena mendapatkan gambaran langsung mengenai investigasi geoteknik dan mendapatkan pengalaman lapangan yang sangat berkesan.
Reporter: Muhammad Hanif Darmawan (Teknik Pertambangan, 2021)