Kuliah Umum FGB ITB: Inspirasi Menuju Indonesia Emas 2045 Bersama Jenderal Luhut Binsar Pandjaitan

Oleh Ali Bahtanazar Umar -

Editor Vera Citra Utami


BANDUNG, itb.ac.id - Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung (FGB ITB) menyelenggarakan Kuliah Umum Forum Guru Besar ITB, Jumat (28/6/2024) di Aula Timur, ITB Kampus Ganesha, Bandung. Pada kesempatan ini, Kuliah Umum tersebut diisi oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia, Jenderal TNI (HOR) (Purn.) Luhut Binsar Pandjaitan, sebagai narasumber.

Kuliah Umum kali ini memiliki topik "Mengawal Indonesia Maju untuk Indonesia Emas 2024".

Kegiatan diawali oleh sambutan Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi, Prof. Ir. I Gede Wenten, M.Sc., Ph.D. Beliau menyampaikan bahwa riset kompetitif sangat diperlukan dalam penguasaan bidang IPTEK. Hal ini berguna memantapkan fondasi keilmuan yang dimiliki oleh para cendekiawan.

“Penting sekali untuk membangun budaya ilmiah yang unggul agar dapat menguatkan kapasitas keilmuan, bukan sekedar belajar dengan standar sendiri, namun juga harus mengacu pada standar dunia,” ujarnya.

Prof. Wenten pun menyampaikan bahwa ITB telah mencapai prestasi tertinggi dalam reputasi ilmiah berdasarkan data SCIVAL dan SINTA. Hal tersebut dibuktikan oleh skor tinggi dalam "Top Tier (Q1) Publications/Faculty" serta jumlah kutipan per dosen terbanyak. Pencapaian ini membuktikan keunggulan serta dampak riset yang telah dilakukan ITB.

Selain itu, ITB pun secara holistik telah melakukan kolaborasi produktif dengan universitas-universitas ternama dunia, yang berada pada Top Ten QS World Ranked Universities. Sebut saja Massachusetts Institute of Technology, University of Oxford, dan University of Cambridge, yang menghasilkan publikasi bersama dengan Journal Impact Factor (JIF) tinggi.

Bahkan di Indonesia sendiri, sitasi per fakultas ITB menduduki peringkat pertama dan unggul dibandingkan universitas-universitas lainnya.

Tak lupa, beliau juga menekankan pentingnya membangun budaya ilmiah unggul sebagai inti keberhasilan dari ITB. "Kami berupaya untuk tidak hanya menghasilkan penelitian yang berkualitas, tetapi juga memastikan bahwa hasil-hasil ini bermanfaat bagi masyarakat luas. Dalam cakupan nasional hingga internasional," ucapnya.

Prof. Wenten pun menekankan pentingnya langkah strategis transformasi dengan penguasaan IPTEK pada isu industri strategis, wawasan benua maritim nusantara, dan perspektif blue economy.

Sementara itu, Luhut Binsar Pandjaitan dalam Kuliah Umum ini mengungkapkan bahwa ITB mampu mencetak generasi muda Indonesia yang dapat menjadi pemimpin bangsa. Beliau juga menyampaikan ITB memiliki potensi yang sangat besar pula untuk memberikan dampak positif untuk Indonesia di masa yang akan datang.

Beliau juga memaparkan pentingnya pendidikan dan keterampilan untuk mempersiapkan diri menghadapi era globalisasi. "Generasi muda harus terus belajar dan mengembangkan diri supaya mampu bersaing di dunia internasional," katanya.

Ada berbagai pilar yang diperlukan untuk mewujudkan Generasi Emas 2045, antara lain kelestarian lingkungan, pengelolaan sampah yang efektif, adaptasi terhadap globalisasi, dan pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) yang dilakukan secara bertanggung jawab. Maka dari itu, beliau menyarankan ITB untuk mengkaji bidang studi tentang siber. Mengingat kini di Indonesia tengah rentan pula terjadi serangan siber.

Tak hanya itu, beliau pun mengungkapkan bahwa peningkatan inovasi mesti dibarengi pengembangan sumber daya manusia, riset, dan teknologi. "Jumlah riset Indonesia sendiri masih tertinggal jauh dari India dan China. Padahal kita banyak memiliki ilmuwan yang cerdas," tuturnya.

Meskipun generasi muda memiliki peluang besar untuk melakukan inovasi di masa yang akan datang, beliau juga mengingatkan masih ada bermacam tantangan ke depan yang perlu diperhatikan. Mulai dari kualitas pendidikan, belum adanya klaster sains teknologi Indonesia dalam top seratus dunia, ketahanan pangan, disrupsi digital AI, perubahan iklim transisi energi, fragmentasi geopolitik dan kompetisi ekonomi.

Pemanfaatan EBT di Indonesia

Selain itu, beliau juga menyampaikan bahwa Indonesia mempunyai kekayaan alam yang melimpah sehingga menjadikannya surga bagi Energi Baru Terbarukan (EBT). Pemanfaatan EBT secara optimal tidak hanya akan memberikan dampak pada pengurangan emisi karbon, namun juga membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan ketahanan energi nasional.

"Indonesia sendiri memiliki EBT di mana investasi energi bersih akan mencapai $4 Triliun pada tahun 2030, Indonesia harus mampu memanfaatkan hal ini. Saya berharap besar ITB bisa ikut andil menyelesaikan hal ini," paparnya.

Beliau menyampaikan hal tersebut juga dapat menjadi peluang besar bagi ITB untuk berkontribusi dalam pengembangan teknologi EBT yang efisien dan ramah lingkungan. Keahlian dan riset ITB dapat difokuskan pada pengembangan teknologi seperti Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) yang memungkinkan pemanfaatan batubara secara lebih berkelanjutan.

Bukan cuma itu, Indonesia juga dapat memanfaatkan fragmentasi geopolitik untuk menarik relokasi investasi dari China dan negara maju.

Beliau berharap bahwa Indonesia nantinya dapat berpotensi menjadi negara berpendapatan tinggi dengan menaikkan pertumbuhan ekonomi lebih dari 5%. Meski begitu, Indonesia harus mampu mengantisipasi tantangan jangka pendek dan berfokus pada industrialisasi, hilirisasi, efisiensi melalui digitalisasi, pembangunan ekonomi berkelanjutan dan ramah lingkungan, terutama dalam mengembangkan sumber daya manusia yang unggul.

"ITB sendiri sebagai institusi pendidikan, tentu memiliki peran penting dalam mengembangkan sumber daya manusia, riset, dan teknologi yang unggul," pungkasnya.

Dengan fokus pada pelestarian lingkungan, pengelolaan sampah yang efektif, adaptasi terhadap globalisasi, dan pemanfaatan AI secara bijak, maka generasi muda pun dapat membangun Indonesia yang berkelanjutan, inovatif, dan sejahtera.

Reporter: Ali Bahtanazar Umar (Teknik Kimia, 2021) dan Anggun Nindita