Angkat Budaya Jawa ke Panggung Dunia, Mahasiswa Teknik Informatika ITB Satu-satunya Wakil Indonesia di Main Conference ACL 2025 Vienna

Oleh Andre Otniel Panggabean - Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, 2022

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.


Mohammad Rifqi Farhansyah saat mempresentasikan poster paper pada Main Conference ACL 2025 di Austria Center Vienna, Selasa (29/7/2025). (Dok. pribadi)

BANDUNG, itb.ac.id - Mohammad Rifqi Farhansyah, mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI), Institut Teknologi Bandung (ITB), mencatatkan prestasi membanggakan di kancah internasional. Ia menjadi satu-satunya mahasiswa S1 aktif asal Indonesia yang paper-nya diterima di Main Conference Association for Computational Linguistics (ACL) 2025, konferensi bergengsi dunia di bidang Natural Language Processing (NLP), yang tahun ini diselenggarakan pada 27 Juli-1 Agustus 2025 di Vienna, Austria.

ACL dikenal sebagai konferensi paling prestisius di bidang NLP, menempati peringkat pertama dalam kompetisi publikasi ilmiah di subbidang ini, mengungguli EMNLP dan NAACL. Persaingan di ACL terbilang sangat ketat. Hanya sekitar 20% dari seluruh naskah yang dikirimkan dapat lolos ke Main Conference. Peserta konferensi ini didominasi oleh peneliti senior dari industri teknologi global seperti Google, Amazon, Microsoft, dan Apple, serta akademisi dari universitas ternama seperti MIT, Stanford, Oxford, dan Tsinghua.

Poster paper pertama Mohammad Rifqi Farhansyah, Selasa (29/7/2025). (Dok. pribadi)


Rifqi mengaku tak menyangka dapat menembus level tersebut sebagai first author untuk paper berjudul “Do Language Models Understand Honorific Systems in Javanese?”. Penelitian ini mengangkat fenomena sistem honorific dalam bahasa Jawa yang dikenal sebagai “Unggah-Ungguh Basa”, warisan budaya yang dia pelajari sejak kecil di desa asalnya di Kabupaten Magelang.

Penelitian tersebut menghasilkan korpus “UNGGAH-UNGGUH” yang digunakan untuk menguji kemampuan Large Language Models seperti ChatGPT dan Gemini dalam memahami dan menghasilkan bahasa Jawa dengan tingkatan honorific yang tepat. Hasilnya menunjukkan bahwa performa model masih jauh dari sempurna dan cenderung bias pada satu tingkatan honorific.

Rifqi juga menjadi major contributor author pada paper kedua berjudul “Crowdsource, Crawl, or Generate? Creating SEA-VL, a Multicultural Vision-Language Dataset for Southeast Asia”, hasil kolaborasi peneliti NLP se-Asia Tenggara. Menariknya, kedua paper tersebut diterima di Main Conference ACL 2025 saat ia masih berstatus mahasiswa S1.


Poster paper kedua Mohammad Rifqi Farhansyah, Selasa (29/7/2025). (Dok. pribadi)


Kolaborasi riset ini terjalin melalui program Garuda Academic of Excellence (Garuda ACE) yang mempertemukannya dengan Prof. Derry Tanti Wijaya dari Boston University, peneliti dari Monash University Indonesia, Capital One Amerika Serikat, dan MBZUAI. Rifqi berperan besar dalam keseluruhan proses penelitian, mulai dari pengolahan data, perancangan eksperimen, hingga penulisan naskah, yang membuatnya didapuk sebagai first author.

Proses seleksi di ACL berlangsung melalui sistem anonymous peer review yang ketat, diikuti tahap rebuttal untuk mempertahankan argumen, hingga penilaian akhir oleh area chair. Rifqi menyebut tantangan terbesarnya adalah keterbatasan sumber daya komputasi untuk eksperimen, yang akhirnya teratasi berkat research grant dari Boston University. Ia juga mendapatkan Diversity and Inclusion Travel Grant dari Apple untuk membiayai perjalanan ke Austria, serta dukungan akomodasi dari Monash University.

Rifqi berharap pencapaiannya dapat membuka jalan bagi lebih banyak mahasiswa Indonesia untuk terjun ke riset AI dan NLP.

“Riset itu dunia yang menyenangkan dan penuh peluang, baik di akademik maupun industri. Semoga ini bisa menginspirasi mahasiswa lain agar berani mencoba,” ujarnya. Ia bertekad melanjutkan studi S3 di universitas top dunia, lalu berkontribusi membina generasi muda Indonesia, khususnya yang memiliki keterbatasan ekonomi, agar dapat berkembang di dunia teknologi.

#prestasi mahasiswa #prestasi internasional #sdg 4 #quality education #sdg 11 #sustainable cities and communities #sdg 17 #partnerships for the goals