Antusiasme Mahasiswa Astronomi Amati Fenomena Super Blue Moon 2023

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

BANDUNG, itb.ac.id - Himpunan Mahasiswa Astronomi ITB (Himastron ITB) mengadakan pengamatan fenomena Super Blue Moon pada Hari Rabu (30/8/2023) di Laboratorium Teleskop, Gedung CAS (Center for Advanced Studies) ITB Lantai 6. Kegiatan ini diikuti secara antusias oleh mahasiswa astronomi dari berbagai angkatan.

Blue Moon merupakan fenomena ketika terdapat dua bulan purnama dalam satu bulan kalender matahari. Purnama yang kedua yang sebenarnya disebut sebagai Blue Moon. Fenomena ini terjadi sekitar setiap 2,71 tahun sekali. Istilah “Blue Moon” tidak terkait dengan warna bulan yang berubah menjadi biru, namun lebih ke arah konversi kalender. Dalam Bahasa Inggris dikenal dengan ungkapan “once in a blue moon” yang berarti jarang sekali.

Super Blue Moon merupakan fenomena ketika Blue Moon bertepatan dengan perigee Bulan. Perigee adalah titik terdekat bulan dengan bumi dalam orbit yang elips. Hal ini membuat Bulan terlihat lebih besar dan terang daripada saat posisinya di aphelion atau titik terjauhnya Bulan dengan Bumi.

Himastron ITB, di bawah Bidang Keilmuan dan Sosial mengadakan kegiatan untuk pengamatan Super Blue Moon ini. Kegiatan tersebut diikuti secara antusias oleh mahasiswa astronomi. Walaupun kegiatan baru diumumkan sekitar H-1, namun mahasiswa yang datang hingga mencapai 44 orang.

Mengingat fenomena ini terbilang cukup langka, sehingga tak heran jika mahasiswa sangat antusias. Selain itu, kegiatan ini juga sebagai sarana untuk mencoba teleskop baru di Program Studi Astronomi ITB.

Ketua Bidang Keilmuan dan Sosial Himastron ITB, Bayu Septiadi mengungkapkan bahwa dirinya tidak menyangka banyak yang hadir pada acara tersebut. Mengingat acara ini diadakan secara dadakan, awalnya dia menyangka tidak akan terlalu banyak mahasiswa yang hadir.

“Sekitar jam 7 malam, saya baru ingat kalau besok itu ada peristiwa Super Blue Moon. Dari sana, saya mengambil inisiasi untuk meminta izin ke teman saya yang kebetulan dia memegang kunci Laboratorium Teleskop di Gedung CAS, dan boleh katanya. Kemudian, pada jam 8 malam, saya langsung menyebarkan pesan broadcast ke grup untuk mengajak massa Himastron ikut serta dalam kegiatan mengamati Super Blue Moon,” ungkapnya.

Kegiatan sempat mengalami kendala, karena hingga pukul 19.00 langit masih tertutup awan tebal, sehingga cahaya bulan tidak terlihat. Namun, setelah 19.30 langit mulai terbuka, dan pengamatan bulan bisa dilakukan. Pengamatan ini menggunakan Teleskop RASA (Rowe-Ackermann Schmidt Astrograph) dilengkapi camera ZWO ASI 183 MC.

Kemudian mahasiswa astronomi melakukan diskusi terkait fenomena Blue Moon ini. Mulai dari pembahasan apa itu Blue Moon, mengapa bisa terjadi, dan mengapa dinamakan Blue Moon. Mereka pun tak lupa mengabadikan momen dengan mengambil gambar bulan secara langsung dengan menggunakan handphone, maupun memfoto bulan pada layar komputer yang tersambung dengan kamera teleskop.

Mengingat ruangan Laboratorium Teleskop hanya berkapasitas beberapa orang saja, mahasiswa bergiliran keluar-masuk untuk bisa menikmati langit malam dengan Super Blue Moon di pada akhir Agustus tersebut. Hal ini pun tidak menghalangi antusiasme mereka. Kegiatan ini berakhir sekitar pukul 21.00 WIB.

Reporter : Gishelawati (Astronomi, 2019).