Asrama Bumi Ganesha ITB, Mandiri dengan Mengelola Unit Usaha

Oleh asni jatiningasih

Editor asni jatiningasih

BANDUNG, itb.ac.id- Dalam sebuah kesempatan, Rabu (23/7), itb.ac.id berkunjung ke Asrama Bumi Ganesha ITB, Jl.Cisitu Lama no.35, tidak jauh dari lokasi kampus ITB. Kami disambut hangat oleh beberapa penghuni asrama diantaranya Grafian Adisepta (Desain Produk'05), Asra Ibnu Khair (Teknik Fisika'05), Fahry Atar (Matematika'04), dan Toni Widiatmoro (Mesin'05), semuanya mahasiswa ITB. Topik asrama putra, Asrama Bumi Ganesha ITB, menjadi bahan perbincangan kami sore itu. Asrama Bumi Ganesha (ABG) menurut keterangan mereka, didirikan tahun 1983 atas hibah dari negara untuk ITB. Kemudian sejak tahun 1987, pengelolaannya diserahkan kepada mahasiswa, penghuni ABG. Biaya operasioal asrama mereka kelola sendiri. Mereka menutupi biaya operasional dengan menjalankan beberapa unit usaha. Unit-unit usaha tersebut diantaranya wartel 24 jam, catering, dry cleaning, toserba, biro privat, dan laundry. Keuntungan dari unit usaha tersebut dipergunakan untuk beberapa kepentingan diantaranya subsidi biaya sewa kamar asrama, gaji karyawan, juga biaya listrik dan air. Tak heran, biaya sewa kamar di Asrama ABG menjadi hanya Rp.115.000,-/ bulan, jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya kost di Bandung yang berkisar antara Rp.500.000- Rp.1000.000, atau mungkin lebih. Dengan biaya tinggal di asrama yang murah, bukan berarti fasilitas yang ditawarkan sedikit. Seperti yang dipaparkan Asra, terdapat 90 kamar di ABG, masing-masing kamar tersedia lengkap dengan tempat tidur, meja dan kursi belajar, juga lemari. Fasilitas lain yang ditawarkan antara lain fasilitas olah raga. Saat kami berkunjung, terlihat beberapa mahasiswa penghuni asrama sedang asyik bermain basket. Selain itu, tersedia juga layanan internet bagi penghuni asrama yang membutuhkan. “Bagi yang membutuhkan sarana internet di kamar, kami menyediakannya,” ujar Asra. Terdapat juga ruang bersama dan perpustakaan mini. Kapasitas maksimum asrama 110 orang, penghuni asrama adalah mahasiswa ITB, penghuni baru diutamakan mahasiswa tahun pertama. Di ABG terdapat jenjang kepengurusan: mahasiswa tahun pertama menjadi calon penghuni, mahasiswa tahun kedua menjadi maganger, mahasiswa tingkat ketiga menjadi 'menteri', mahasiswa tingkat empat menjadi 'majelis permusyawaratan'. Masing-masing jenjang memiliki kewajibannya masing-masing dalam pengelolaan asrama. Dengan kapasitas yang terbatas, setiap tahunnya ketika para calon penghuni mendaftar, calon penghuni melewati tahap wawancara untuk mengetahui kesiapan mereka tinggal di asrama. Kemudian, penghuni baru dikenalkan dengan asrama selama beberapa bulan dan ditempatkan di kepengurusan yang sesuai dengan bakatnya. Nilai kekeluargaan, kedisiplinan, keorganisasian, dan bermasyarakat dipertahankan dengan baik di ABG. Penghuni baru dianjurkan untuk mengenal satu sama lain dengan sosialisasi. Hubungan baik dengan jejaring alumni dipertahankan pula dengan baik. Dengan kegiatan keorganisasian di asrama, termasuk pengelolaan usaha, mahasiswa penghuni asrama tetap berprestasi dalam bidang akademik. Beberapa alumni asrama bahkan ada yang menjadi dosen di ITB. Penghuni asrama juga rata-rata aktif di kegiatan organisasi di ITB, baik unit kegiatan mahasiswa maupun himpunan mahasiswa program studi masing-masing. Ditanya mengenai keunggulan ABG, “murah, bisa belajar organisasi, dan ada unit usaha,” tambah Asra. Sebagai tambahan, bagi penghuni baru -mahasiswa tahun pertama- menjelang masa ujian diadakan kegiatan tutorial bersama untuk menunjang kegiatan akademik. Kemudian dengan adanya unit usaha belajar privat bagi pelajar SMA, penghuni asrama mendapat pengalaman mengajar beberapa mata pelajaran bagi pelajar SMA sekaligus dapat menambah uang saku. 15 persen dari pemasukan mengajar dipakai untuk biaya operasional asrama. Selain hubungan baik sesama penguni asrama, ABG juga membina hubungan baik dengan masyarakat sekitar. “Saya menang lomba 17 Agustus-an yang diadakan warga tahun kemarin, “ ujar Fahmy. Mahasiswa penghuni ABG juga sesekali dimintai bantuan oleh warga sekitar dalam menyelesaikan permasalahan di lingkungan tempat tinggal mereka.