I Nyoman Nuarta, Maestro di Balik Kemegahan Istana Garuda IKN

Oleh Anggun Nindita -

Editor TIM CDN


Dok Kemenparekraf

BANDUNG, itb.ac.id - Salah satu bangunan yang akan menjadi ikon pusat pemerintahan di Ibu Kota Negara (IKN) adalah Istana Garuda. Istana Garuda merupakan gedung kantor presiden di IKN. Presiden Joko Widodo sendiri yang memberikan penamaan pada Istana Garuda tersebut.

Sementara itu, Kompleks Istana Kepresidenan di IKN disebut dengan Istana Negara.

Istana Garuda sendiri memiliki desain yang unik serta sarat makna. Bangunan ini menggabungkan unsur-unsur tradisional dan modern, sehingga Istana Garuda merepresentasikan identitas bangsa yang dinamis dan terus berkembang.

Ternyata di balik keindahan Istana Garuda, terdapat nama Nyoman Nuarta, yang merupakan maestro seni patung lulusan dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Beliau berhasil mengintegrasikan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia ke dalam setiap detail desain Istana Garuda.

Perjalanan Hidup Nyoman Nuarta

I Nyoman Nuarta lahir pada 14 November 1951 di Tabanan, Bali. Beliau merupakan putra keenam dari Sembilan bersaudara dari pasangan Wirjamidjana dan Samudra. Jiwa seninya mulai tumbuh ketika dia diasuh oleh pamannya, Ketut Dharma Susila, yang merupakan guru seni rupa.

Usai lulus SMA, Nyoman Nuarta menempuh Pendidikan di ITB tahun 1972. Pada awalnya beliau memilih jurusan seni lukis, namun setelah menjalani satu tahun perkuliahan, beliau pindah ke jurusan seni patung.

Beliau menganggap seni patung lebih unik, sebab dapat menghasilkan karya tiga dimensi serta proses pengerjaannya yang lebih menarik dan dinamis.


Mahakarya Nyoman Nuarta

Pada tahun 1979, beliau mulai memperlihatkan prestasinya saat memenangkan Lomba Patung Proklamator Republik Indonesia. Hingga kini, Nyoman Nuarta sudah menghasilkan lebih dari serratus karya seni patung. Hampir seluruh karyanya menggambarkan seni patung modern sampai gaya naturalistik.

Sang maestro patung Indonesia ini telah menciptakan sejumlah karya monumental yang menjadi ikon bangsa. Salah satu karya awalnya adalah monumen Jalesveva Jayamahe di Surabaya. Monumen tersebut menggambarkan semangat juang TNI Angkatan Laut.

Lalu karyanya yang paling terkenal adalah patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali. Pengimplementasian konsep culturepreneur dan pendekatan dalam bahasa bentuk realis-figuratif pada pengembangan GWK, merupakan salah satu bukti kontribusi nyata beliau pada bidang seni rupa.

Kini, beliau pun kembali berkarya dan dipercaya untuk mendesain Istana Garuda di IKN.

Konsep “Archsculpt” pada Istana Garuda IKN

Di balik kemegahan Istana Garuda IKN, beliau berhasil mengintegrasikan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia ke dalam setiap detail desain burung garuda sebagai lambang negara.

Penggunaan simbol burung garuda dapat memberikan kesan ikonik dan menarik perhatian wisatawan. Menurut Nyoman Nuarta, hal ini sekaligus dapat mendorong pertumbuhan industri perhotelan, transportasi, biro perjalanan, kios souvenir dan industri kecil setempat.

"Untuk Istana Garuda, saya mengusulkan konsep archsculpt yang menggabungkan seni patung dengan arsitektur. Seperti yang dilakukan oleh seniman besar seperti Michelangelo, Leonardo da Vinci, dan I Gusti Nyoman Lempad pada bangunan seperti gereja dan pura, saya menciptakan Istana Garuda dengan dua fungsi," ujarnya dikutip dari buku Peringatan 101 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia (PTTI).

Pertama, fungsi estetis. Seperti GWK, Istana Garuda akan menjadi karya seni monumental yang mewakili sosok burung Garuda. Sejak diperkenalkan oleh Presiden Soekarno pada 11 Februari 1950, Garuda Pancasila telah menjadi simbol negara Indonesia yang menyatukan bangsa yang beragam suku, agama, dan bahasa. Kalimat "Bhinneka Tunggal Ika" di kaki Garuda, yang berarti "berbeda-beda tetapi tetap satu," memperkuat makna persatuan ini. Garuda Pancasila, meski awalnya bernuansa politis, juga terinspirasi dari kitab Sutasoma oleh Mpu Tantular di masa Majapahit.

Tak hanya itu, frasa "Bhinneka Tunggal Ika" menegaskan Indonesia sebagai kesatuan dari mozaik budaya yang menciptakan bangsa Indonesia.

Kedua adalah fungsi pragmatis. Di mana Istana Garuda akan menjadi tempat untuk Presiden RI mengelola pemerintahan sehari-hari. "Bangunan ini dirancang dengan konsep green design. Sosok Garuda akan dibentuk dari bilah tembaga vertikal yang juga berfungsi sebagai peneduh dari sinar matahari untuk menghindari efek rumah kaca. Dinding kaca dapat dibuka untuk sirkulasi udara, mengurangi penggunaan AC dan meningkatkan efisiensi energi," ucapnya.

Tembaga dipilih sebagai bahan utama karena mempertimbangkan sifatnya yang lentur, tahan korosi dan mudah dibentuk. Selain itu tembaga pun tidak mudah ditumbuhi lumut atau jamur, sehingga menimalkan perawatan yang dapat menganggu kegiatan kenegaraan.

Tembaga pun dapat berfungsi sebagai konduktor yang baik, membentuk Sangkar Faraday untuk menangkal listrik dan petir serta mencegah kebakaran akibat listrik statis. Model tersebut telah diterapkan pada bangunan GWK di Bali dan berfungsi dengan baik.

"Kedua fungsi ini, estetis dan pragmatis, merupakan pencapaian dari konsep archsculpt yang saya ajukan. Saya telah lama bereksperimen menggabungkan fungsi estetis seni dengan pragmatisme bangunan. Istana Garuda tidak hanya berfungsi sebagai gedung pemerintahan tetapi juga sebagai simbol persatuan dan keindahan yang menyejukkan rakyat," tuturnya.

Istana Garuda merupakan bukti nyata dari karya Nyoman Nuarta dalam menghadirkan bangunan ikonik yang menggabungkan nilai-nilai tradisional dan modern. Dengan desain yang indah dan makna yang mendalam, Istana Garuda diharapkan dapat menjadi simbol kebangkitan bangsa Indonesia dan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.