Bagaimana Ilmu Matematika Digunakan dalam Permasalahan Risiko Kepunahan Spesies Liar di Indonesia?
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITB kembali mengadakan seri webinar “Mathematics Distinguished Lecture Series 2022” yang bertujuan untuk mengundang matematikawan terkemuka dari berbagai bidang untuk berbagi pengetahuan yang berkaitan dengan matematika.
Webinar kali ini yang diadakan pada Jumat (3/6/2022) merupakan yang kedua dari seri webinar tahun ini dan mengambil tema “Problems in Population Dynamic Modeling of Wild Species”. Lewat acara ini, peserta dari berbagai latar belakang baik mahasiswa, dosen, peneliti maupun insinyur, diharapkan dapat tergerak untuk mempromosikan budaya penelitian dan menghargai pentingnya dan indahnya matematika.
Sebagai narasumber webinar, Prof. Edy Soewono dari FMIPA ITB menjelaskan bahwa topik diskusi kali ini adalah hasil penelitian dan pengukuran data di lapangan, di mana orang-orang yang terlibat menggunakan pemodelan untuk hal tersebut. Tetapi, data yang diambil minim dan tidak cukup buat validasi hasil. Selain itu, hasil penelitian terbatas pada lokasi yang diamati dan merupakan hasil yang disederhanakan.
Maka dari itu, Prof. Edy menekankan pentingnya memilih parameter model yang strategis serta nilai-nilai yang tepat supaya konklusi komprehensif dapat tercapai. Komunikasi konstan antarkolega dan para ahli di luar bidang matematika juga krusial untuk mendapatkan hasil yang baik dan mudah dicerna. “Tugas kita sebagai matematikawan adalah untuk melakukan komunikasi praktis dalam penyelesaian masalah,” dia menyatakan.
Penelitian ini adalah hasil kolaborasi antara FMIPA ITB dan BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam), di mana ilmu matematika digunakan dalam permasalahan risiko kepunahan spesies liar di taman-taman Indonesia. Dalam penelitian ini, para ahli yang terlibat harus mengimplementasikan matematika dalam pengambilan, pengolahan, dan pengomunikasian data agar permasalahan dapat dimengerti.
Permasalahan tersebut terbagi dalam tiga area yaitu persoalan macan dahan sunda dan kucing emas Asia di Taman Nasional Kerinci Seblat Sumatra Barat, orang utan di Sumatra dan Kalimantan, dan rusa timorensis di Taman Buru Ko’mara Sulawesi Selatan. Ketiga topik tersebut mulai diteliti setahun lalu dengan bantuan mahasiswa dalam hal permodelan.
Dengan model dinamis yang menggambarkan interaksi antarspesies (model predator-mangsa), koeksistensi dan persaingan predator dan mangsa dalam studi kasus dapat dilihat. Model sederhana yang diterapkan juga dapat mengungkapkan daya dukung spesies tertentu di habitat yang memengaruhi tren populasinya di masa depan. Dari model tersebut, tidak ada perubahan koeksistensi untuk waktu yang relatif lama dengan asumsi bahwa habitat tidak mengalami perubahan. Selain itu, perilaku dua hewan bersaing dapat menentukan keadaan hidup mereka yang berdampingan, di mana dua poin dapat disimpulkan dari pernyataan ini. Pertama, daya dukung suatu spesies menentukan jenis koeksistensi. Selanjutnya, daya dukung yang membesar dapat meningkatkan radius siklus limit.
"Kami berterima kasih sudah telah mendapatkan kesempatan besar untuk bekerja dengan rekan-rekan di lapangan," tambah Prof. Edy. Lewat riset dan belajar di lapangan, fenomena biologis dapat dipahami oleh banyak orang melalui bantuan perhitungan dan permodelan matematika. Selain itu, sebagian besar hasil masih dapat dilakukan analisis lebih lanjut.
"Masih ada banyak masalah matematika yang mungkin timbul untuk kepentingan matematika sendiri yang lebih lanjut."
Reporter: Ruth Nathania (Teknik Lingkungan, 2019)