Bagaimana Kondisi Arsitektur Setelah Pandemi?

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id--Pandemi COVID-19 telah melahirkan banyak kondisi dilematis dan meruntuhkan konsep-konsep ideal dalam desain arsitektur, kota, dan lingkungan binaan. Fakta sejarah menunjukkan bahwa semua peristiwa pandemi yang pernah terjadi selalu membawa dampak perubahan besar ataupun kecil secara sementara maupun permanen.

Dalam menghadapi situasi perubahan tersebut, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK)-ITB melalui Kelompok Keahlian Sejarah, Teori, dan Kritik Arsitektur mengadakan seri webinar yang ke-9 bertajuk "Arsitektur Setelah Pandemi: Menuju Kesadaran dan Ruang Hidup Baru." Webinar ini mengundang pembicara yaitu Dr-Ing.Ir.Himasari Hanan, MAE., (Dosen SAPPK) Indah Widiastuti, S.T., M.T., Ph.D., (Dosen SAPPK) dan Danny Wicaksono (founder dan arsitek di Studio Dasar).

Dr. Sri Maryati, S.T. MIP., Dekan SAPPK-ITB, dalam sambutannya menyampaikan bahwa saat ini kita menghadapi dampak-dampak COVID-19 yang berimplikasi dalam kehidupan, termasuk dalam perencanaan. "COVID-19 memberikan dampak bagi kehidupan dan perencanaan. Webinar ini berfungsi untuk memberikan kontribusi berupa pemikiran sebagai solusi terhadap situasi saat ini," imbuh Sri Maryati.


Pembicara pertama Dr-Ing. Ir. Himasari Hanan, MAE., memaparkan materi berkaitan dengan interaksi antara manusia dan ruang. Dia menekankan bahwa arsitektur tidak pernah terlepas dari kondisi yang terjadi di luar. "Arsitektur tidak pernah berdiri sendiri, tetapi dia dipengaruhi oleh oleh faktor-faktor eksternal sehingga tidak heran jika pandemi ini sangat berpengaruh pada arsitektur,” ujarnya.
Dia melanjutkan, dengan adanya pandemi ini memberikan pemahaman lain bahwa persoalan arsitektur adalah persoalan interaksi antara manusia dengan spatial setting-nya.

Sementara itu, Indah Widiastuti, S.T., M.T., Ph.D., menjelaskan bagaimana refleksi historis perkembangan arsitektur sebagai respons terhadap pandemi. Dia mengatakan bahwa dengan adanya berbagai wabah yang telah melanda dunia, membuat kesadaran masyarakat akan kebersihan dan kesehatan sebagai dasar perancangan kota dan arsitektur semakin besar.

Danny Wicaksono sebagai pembicara terakhir menyampaikan materi berkaitan dengan penemuan perubahan . "Jika berbicara mengenai perubahan di Indonesia bukanlah hal yang asing atau baru, karena perubahan-perubahan fundamental di Indonesia sudah terjadi sejak dahulu,” jelasnya.

Danny menambahkan bahwa perubahan yang disebabkan oleh pandemi ini membuat kita menyadari hal yang sebelumnya tidak terpikirkan, seperti kenyataan bahwa kita bisa bekerja maupun belajar dari rumah. Namun hanya saja rumah kita dari arsitekturnya tidak mengakomodir hal tersebut.


“Yang fundamental sekali untuk kita lihat adalah pendidikan arsitektur kita. Hal ini bertujuan agar semakin banyak generasi muda yang dapat memikirkan dan memastikan perubahan-perubahan yang lebih baik di Indonesia dalam hubungannya dengan arsitektur dan ruang hidup kita untuk 2-3 dekade mendatang," ucap Danny.

Pada akhir sesi, Prof. Ir. Iwan Sudrajat, MSA., Ph.D., sebagai Ketua KK Sejarah, Teori, dan Kritik Arsitektur menyampaikan kesimpulan bahwa setelah pandemi ini, arsitek perlu memikirkan kembali konsep rumah, tempat kerja, tempat rekreasi, ruang publik, kota, dan sarana transportasi untuk dibawa ke arah mana.

“Hal yang juga harus diperhatikan adalah arsitektur saja jelas tidak bisa menyelamatkan manusia maupun dunia dari bahaya pandemi oleh karena itu diperlukan kerja sama interdisiplin yang melibatkan para pakar dari berbagai bidang,” tutupnya.

Reporter: Deo Fernando (Kewirausahaan, 2018)