Bagaimanakah Kita Menciptakan Pertahanan dari Ancaman Siber?

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Data menjadi hal yang sangat berharga di masa ini. Kerahasiaan data menjadi penting, terutama untuk kasus ancaman siber dan informasi. Salah satu serangan siber yang ramai diperbincangkan tahun 2020 lalu adalah kasus kebocoran dan pencurian data. Kasus ini adalah contoh dari serangan siber bersifat teknis yang menargetkan sistem elektronik. Tidak hanya itu, ancaman ini juga menyerang social networking, terutama peretasan dan disinformasi.

“Dalam perang informasi, alutsista (alat utama sistem senjata) utamanya adalah informasi yang direkayasa. Sekarang dengan teknologi siber, (informasi) ini bisa (tersebar) jutaan dalam waktu singkat. Kalau ini terus-menerus disampaikan kepada manusia, otak manusia akan berubah; bisa memengaruhi ide, pilihan, pendapat, emosi, sikap, tingkah laku, opini, bahkan motivasi,” jelas Kepala Badan Siber dan Sandi Negara Letnan Jenderal TNI (Purn.) Hinsa Siburian dalam Seminar Pertahanan Negara dan Keamanan Nasional dengan topik utama “Pertahanan dan Keamanan Siber untuk Ketahanan Bangsa” Kamis (18/02/2021).

Pembicara kunci dan Dekan Fakultas Teknologi Pertahanan Universitas Pertahanan Romie Oktovianus Bura, B.Eng.(Hons.), MRAeS, Ph.D., CIQnR., CIQaR. sepakat bahwa SDM menjadi kunci dalam pertahanan dan keamanan siber. “Kita kembangkan SDM yang mampu menjadi tuan rumah sendiri. Bukan SDM yang hanya mengoperasikan atau mengaplikasikan teknologi dari luar, namun mereka juga dididik atau didorong untuk mengembangkan teknologi dalam negeri,” tambahnya.

Menurut Prof.Dr.Ing.Ir. Suhardi, M.T. dari Cyber Security Center STEI ITB, kemampuan suatu negara untuk mengatasi serangan siber dari pihak manapun sangat penting. Serangan siber yang tidak teratasi akan terakumulasi dan pada akhirnya juga bisa menyerang aset-aset yang lebih besar sehingga mengganggu keamanan negara. Karena itu, kesadaran akan keamanan siber perlu ditumbuhkan dalam diri setiap orang.

“Saya kira awareness ini menjadi satu hal yang kelihatannya simple tapi tidak mudah untuk dilakukan. Rata-rata terjadinya serangan siber dalam skala besar diawali dengan keteledoran seseorang. Beberapa tips yang biasanya disampaikan adalah mengamankan jaringan, selalu update software kita, lindungi ketika kita berhubungan dengan perangkat lain, dan lakukan perlindungan berganda terhadap login,” lanjutnya.

Kepastian adanya jejak digital yang tertinggal membuat Cyber Security ITB mengembangkan digital forensik sebagai metodologi yang digunakan ketika keamanan siber sudah dilampaui. Bagaimana menemukan jejak digital tersebut lah yang menjadi riset dan inovasi yang terus dikembangkan.

Reporter: Ristania Putri Wahyudi (Matematika, 2019)