Bandung dan Surabaya, Inspirasi dalam Dialog Kebangsaan
Oleh Luh Komang Wijayanti Kusumastuti
Editor Luh Komang Wijayanti Kusumastuti
Kota kini menjadi penting dalam pembangunan nasional. Menurut Ridwan Kamil, eksistensi kota akan selalu ada meskipun sebuah negara keberadaannya tidak stabil. Urusan kenegaraan diserahkan ke kota sebanyak 70 persen akibat adanya desentralisasi. Jelas bahwa kota memiliki signifikansi terhadap nasional. Baginya, dengan sistem tersebut, kota-kota akan mampu mengembangkan inovasi dalam membangun daerahnya. "Jika semua daerah kompak bergerak, kemudian berlari, Indonesia bisa beres urusannya," ungkap Emil. Walikota Bandung yang memiliki gaya bekerja langsung turun ke lapangan ini menyebutkan bahwa jika Indonesia ingin maju, perlu memperkuat kabupaten/kota dengan sebuah sistem baru.
Risma, Walikota Surabaya, menyebutkan bahwa dalam membangun kotanya, hal wajib yang perlu ia wujudkan adalah kesejahteraan masyarakat. Lurah dan camat ia jadikan ujung tombak karena menurut pengetahuannya, pada tahun 2020 nanti, daerahlah yang memegang kekuatan. "Saya bukan ahli pemerintahan, saya hanya tukang untuk menerjemahkan keperluan masyarakat Surabaya serta mewujudkan kesejahtraan nomor satu," ungkapnya.
Dalam konteks nasionalisme, setiap daerah pasti memiliki karakteristik yang mampu menjadi kebanggaan daerah serta nasional. Kota Bandung dan Surabaya tentu memiliki karakteristik yang berbeda. Risma menuturkan bahwa warga Surabaya selalu ia sampaikan untuk bekerja keras, "Kalau mau jadi bangsa terhormat, kita perlu bekerja". Selain itu, dalam membangun Surabaya, Risma juga mengutamakan pendidikan bagi warganya. Sedangkan warga Bandung, menurut Emil, memiliki potensi jika diajak untuk melakukan hal baik pasti akan ikut berpartisipasi. Emil mengelompokkan masalah menjadi tiga dalam kotanya yaitu masalah terlihat mata seperti infrastruktur, masalah birokrasi, dan masalah pola pikir warga. Melalui pemetaan masalah dan potensi tersebut, ia mengajak warga Bandung untuk berpartisipasi aktif dengan jargon 'Kalau Cinta Kota Bandung, Cintai dengan Aksi dan Solusi'.
Kedua pemimpin kota ini sama-sama mengoptimalkan penggunaan teknologi komunikasi dan informasi dalam membuat jalur partisipasi warga. Komunikasi sudah tidak memiliki jarak dengan adanya teknologi. Emil menerapkan media sosial, sedangkan Risma mengoptimalkan e-government. Dengan penggunaan tersebut, diharapkan pemerintahan dapat lebih transparan. Kemudian muncul pertanyaan dari peserta, bagaimana pembangunan tersebut akan berkelanjutan? Program-program yang telah diterapkan Emil diharapkan bisa dijadikan SOP untuk pemerintahan selanjutnya. Sedangkan Risma menyiapkan sebuah sistem yang mampu membuat keberlanjutan kota terutama dalam birokrasinya melalui e-government. Program-program serta usaha dari kedua pemimpin kota tersebut dalam dialog kebangsaan diharapkan mampu dapat menginspirasi serta mampu membangkitkan nasionalisme daerah-daerah untuk pembangunan Indonesia.