Bangun Network Mahasiswa Farmasi Melalui Program Pertukaran Akademik dan Budaya
Oleh Neli Syahida
Editor Neli Syahida
Dalam kunjungannya ke Chiang Mai University, delegasi Farmasi ITB disambut hangat oleh dekan dan dosen Fakultas Farmasi. Selanjutnya, dua dosen farmasi ITB mendapatkan kesempatan untuk memberikan kuliah tamu. Dr. rer.nat. Rachmat Mauludin menyampaikan topik mengenai "Drug Dosage Forms on Nanocrystal and Lipid Nanoparticles", kemudian dilanjutkan oleh Dr. Lia Amalia yang memaparkan hasil penelitiannya mengenai "The Effect of Ethanol Extract of Kucai (Allium Schoenoprasum L.) Bulbs on Heart Rate Frequency and Amplitude in Hypertensive-Induced Male Wistar Rats". Kuliah tamu ini dihadiri oleh mahasiswa CMU baik dari program sarjana, maupun magister.
Delegasi Farmasi ITB juga diajak untuk mengelilingi Kebun dan Museum Tanaman Obat Milik CMU. Beberapa tanaman yang dipresentasikan juga terdapat di Indonesia, beberapa lainnya memang khas Thailand. Selain itu, delegasi Farmasi ITB juga diajak untuk berkunjung ke Chiang Mai Hospital bagian Instalasi Farmasi. Pada mulanya, pihak dari Chiang Mai Hospital memberikan penjelasan mengenai sistem monitoring ADR (Adverse Drug Reaction). ADR merupakan reaksi yang tidak diinginkan akibat penggunaan obat. Sistem monitoring ADR di Thailand sudah cukup terstruktur. Pasien akan mendapatkan kartu yang berisi riwayat alergi dan adanya ADR. Setelah pihak Chiang Mai Hospital menyampaikan paparannya, mereka mengajak mahasiswa farmasi ITB dan juga mahasiswa dari University of Tennessee untuk aktif berdiskusi mengenai sistem monitoring ADR di negara masing-masing.
Acara kemudian dilanjutkan dengan pertunjukkan budaya oleh Farmasi ITB. Delegasi Farmasi ITB menampilkan Tari Saman dari Aceh dan membawakan empat buah lagu dalam tiga bahasa, Indonesia, Inggris, dan Thailand. Suara tepuk tangan dan seruan apresiasi datang dari mahasiswa CMU ketika band Farmasi ITB, Pharmacoustic, membawakan lagu Thailand. Pada kesempatan itu pulalah, mahasiswa dari dua negara yang berbeda, bahasa dan budaya yang berbeda, dapat menyatu dan bertukar pikiran serta perasaan. "Melihat anak-anak yang berbeda negara berkumpul dan menjalin persahabatan baru, menimbulkan rasa terharu dan bangga. Diharapkan ke depannya, mahasiswa-mahasiswa ini dengan pengalaman barunya, akan mengambil hal-hal yang baik untuk membawa kemajuan bidang Farmasi di Indonesia," tutur Dr. rer. nat. Sophi Damayanti, selaku Koordinator Kelas Internasional sekaligus Manajer Teknis dalam program ini.
Destinasi selanjutnya adalah Fakultas Farmasi Mahidol University yang berlokasi di Bangkok. Selain mendengarkan paparan mengenai program farmasi di Mahidol University, delegasi ITB juga diajak untuk tur melihat laboratorium. Di Mahidol University, Laboratorium Analisis Mutu Sediaan untuk praktikum mahasiswa dan pelayanan bagi industri dipisahkan. Dan Lab ini telah mendapatkan sertifikat ISO. Bukan hanya menerima pelayanan pengujian sediaan dari Industri, Fakultas Farmasi Mahidol University memiliki Pusat Informasi Obat, atau Drug Information Center (DIC). Masyarakat dapat bertanya apapun mengenai obat ke DIC. Selain itu, DIC juga menerbitkan majalah yang juga dapat diakses gratis oleh masyarakat luas. Bentuk pengabdian komunitas lainnya adalah pembuatan database tanaman obat, Medicinal Plant Information Center (MPIC), yang juga dapat diakses oleh masyarakat. Informasi pada database ini diperbaharui setiap hari.
Baik pihak mahasiswa maupun dosen mengaku mendapatkan banyak pelajaran berharga dari kunjungan ini. "Harapannya, dosen berkesempatan untuk melihat pendidikan dan tempat kerja praktek di negara lain dan mendapat kesempatan melakukan guest lecture. Bagi mahasiswa, mereka diharapkan dapat membangun network sesama mahasiswa se-ASEAN," tutur Sophi. Sophi menambahkan, "Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih atas bantuan International Officer dari Chiang Mai University dan Mahidol University, dan tentunya kepada SF ITB atas terselenggaranya kegiatan ini." Ketua delegasi dari pihak mahasiswa mengungkapkan bahwa perannya sebagai Ketua Delegasi tim ini tidaklah berat. "Saya akui ini memang benar-benar dream team. Orang-orangnya aktif, partisipatif, dan solutif. Kebersamaan, kekompakan, dan solidaritas jadi kunci kita terus bersatu hingga program berakhir," tutur Ujang (Sains dan Teknologi Farmasi 2011).
Sumber foto: dokumentasi pribadi