Garbage Fun Day, Saatnya Mahasiswa Peduli Lingkungan
Oleh prita
Editor prita
BANDUNG, itb.ac.id - Untuk membuka wawasan lingkungan dan pemikiran mahasiswa dalam menyikapi perubahan iklim yang terjadi, sebuah kegiatan edukasi lingkungan, Garbage Fun Day, digelar. Acara terselenggara berkat kerjasama dari Ganesha Hijau Keluarga Mahasiswa ITB, Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEK), Himpunan Mahasiswa Biologi (Nymphaea), Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL), dan Ugreen ITB.
Sebagai bagian dari acara, talkshow bertema Peran Strategis Mahasiswa Indonesia Menyikapi Perubahan Iklim diadakan di Ruang Multimedia GKU Timur, ITB pada Sabtu (14/02/09). Talkshow yang dimoderatori oleh Sanggono Adi Sasmito, dosen Teknik Kimia ITB, menghadirkan dosen dan aktivis di bidang lingkungan.
Isu lingkungan yang dibahas dalam acara ini diantaranya bahwa penggunaan listrik berlebihan dapat mempengaruhi pemanasan global, melimpahnya gas metana di udara kota Bandung dan pemanfaatannya untuk pembakaran, serta permasalahan sampah. Seperti diketahui, Bandung belum dapat lepas dari masalah sampah.
Menurut teh Anil, trainer Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi, insenerator bukan solusi tepat dalam penanganan sampah. Beberapa waktu yang lalu, pemerintah kota Bandung bermaksud menggunakan alat tersebut untuk mengatasi sampah, namun ditentang oleh berbagai pihak. Senada dengan Anil, Retno beralasan bahwa perilaku masyarakat tidak sesuai untuk penerapan insenerator. Alat ini membakar sampah yang ada dan memiliki resiko tersebarnya zat beracun jika pembakaran tidak sempurna. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memilah sendiri sampahnya memungkinkan tercampurnya benda yang menghasilkan zat berbahaya jika terbakar di dalam insenerator. Maka, kunci penanganan sampah yang tepat akhirnya ada pada kesediaan masyarakat untuk memilah sampahnya masing-masing. Prinsip-prinsip penanganan sampah yaitu SIMPAN, PILAH, OLAH dan REDUCE, REUSE, RECYCLE.
Untuk menumbuhkan kesadaran tersebut, diperlukan aturan ketat dari pemerintah. Bijaksana Rosano menegaskan bahwa perlu adanya satgas sampah agar masyarakat lebih aware untuk menaati peraturan. Bijaksana alias Sano adalah salah satu penggagas Greeneration Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang produksi barang-barang ramah lingkungan. Dalam acara ini, Sano yang juga alumni Teknik Lingkungan ITB angkatan 2000, memperkenalkan produk BAGOES: tas multifungsi yang dapat dikemas menjadi kecil dan dibawa kemana saja sesuai namanya (BAG-GOES). Produk ini dapat menggantikan plastik yang mengandung zat berbahaya bagi tanah dan berpotensi menimbulkan tumpukan sampah karena tidak dapat terurai.
Kepada para peserta, diberikan pula tips gaya hidup ramah lingkungan dari Nymphaea yaitu Reduce (pemakaian secukupnya), Recycle (mendaur ulang), Replace (mengganti dengan bahan yang dapat didaur ulang), Refill (mengisi dengan bahan daur ulang), dan Replant (menanam kembali). Reduksi sampah menjadi keharusan karena belum adanya sistem penanganan sampah yang tepat di negara ini. 3 orang peserta pun diminta maju untuk menyampaikan idenya mengenai perbaikan lingkungan di kampus ITB.
Acara ini juga menjadi ajang perekrutan anggota baru Ganesha Hijau. Ganesha Hijau adalah program Kabinet Keluarga Mahasiswa untuk menjadikan ITB kampus berwawasan lingkungan. Hingga saat ini, program yang telah dilakukan antara lain training Zero Waste untuk himpunan dan unit kegiatan mahasiswa, seminar, dan acara Clean Development.
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini, peserta yang ada dibagi dalam beberapa kelompok dan ditugaskan membuat proyek yang terkait dengan lingkungan.Proyek tersebut akan dipresentasikan pada pertemuan-pertemuan berikutnya.
Isu lingkungan yang dibahas dalam acara ini diantaranya bahwa penggunaan listrik berlebihan dapat mempengaruhi pemanasan global, melimpahnya gas metana di udara kota Bandung dan pemanfaatannya untuk pembakaran, serta permasalahan sampah. Seperti diketahui, Bandung belum dapat lepas dari masalah sampah.
Menurut teh Anil, trainer Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi, insenerator bukan solusi tepat dalam penanganan sampah. Beberapa waktu yang lalu, pemerintah kota Bandung bermaksud menggunakan alat tersebut untuk mengatasi sampah, namun ditentang oleh berbagai pihak. Senada dengan Anil, Retno beralasan bahwa perilaku masyarakat tidak sesuai untuk penerapan insenerator. Alat ini membakar sampah yang ada dan memiliki resiko tersebarnya zat beracun jika pembakaran tidak sempurna. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memilah sendiri sampahnya memungkinkan tercampurnya benda yang menghasilkan zat berbahaya jika terbakar di dalam insenerator. Maka, kunci penanganan sampah yang tepat akhirnya ada pada kesediaan masyarakat untuk memilah sampahnya masing-masing. Prinsip-prinsip penanganan sampah yaitu SIMPAN, PILAH, OLAH dan REDUCE, REUSE, RECYCLE.
Untuk menumbuhkan kesadaran tersebut, diperlukan aturan ketat dari pemerintah. Bijaksana Rosano menegaskan bahwa perlu adanya satgas sampah agar masyarakat lebih aware untuk menaati peraturan. Bijaksana alias Sano adalah salah satu penggagas Greeneration Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang produksi barang-barang ramah lingkungan. Dalam acara ini, Sano yang juga alumni Teknik Lingkungan ITB angkatan 2000, memperkenalkan produk BAGOES: tas multifungsi yang dapat dikemas menjadi kecil dan dibawa kemana saja sesuai namanya (BAG-GOES). Produk ini dapat menggantikan plastik yang mengandung zat berbahaya bagi tanah dan berpotensi menimbulkan tumpukan sampah karena tidak dapat terurai.
Kepada para peserta, diberikan pula tips gaya hidup ramah lingkungan dari Nymphaea yaitu Reduce (pemakaian secukupnya), Recycle (mendaur ulang), Replace (mengganti dengan bahan yang dapat didaur ulang), Refill (mengisi dengan bahan daur ulang), dan Replant (menanam kembali). Reduksi sampah menjadi keharusan karena belum adanya sistem penanganan sampah yang tepat di negara ini. 3 orang peserta pun diminta maju untuk menyampaikan idenya mengenai perbaikan lingkungan di kampus ITB.
Acara ini juga menjadi ajang perekrutan anggota baru Ganesha Hijau. Ganesha Hijau adalah program Kabinet Keluarga Mahasiswa untuk menjadikan ITB kampus berwawasan lingkungan. Hingga saat ini, program yang telah dilakukan antara lain training Zero Waste untuk himpunan dan unit kegiatan mahasiswa, seminar, dan acara Clean Development.
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini, peserta yang ada dibagi dalam beberapa kelompok dan ditugaskan membuat proyek yang terkait dengan lingkungan.Proyek tersebut akan dipresentasikan pada pertemuan-pertemuan berikutnya.